Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - REUTERS. Credit Suisse di hari Kamis (9/2), melaporkan kerugian tahunan terbesar sejak krisis keuangan yang menimpanya pada 2008. Diperkirakan bank bakal mengalami kerugian lebih buruk lagi di tahun ini.
Dilansir dari Reuters, Credit Swiss mengalami kerugian bersih sebesar 7,29 miliar franc Swiss atau setara dengan US$ 7,93 miliar (Rp 119,36 triliun) sepanjang tahun 2022.
Kerugian yang dialami bank terbesar kedua di Swiss ini tak lepas dari skandal yang menimpanya berkali-kali. Pada kuartal IV tahun 2022, arus keluar aset bersih Credit Suisse mencapai US$ 120 miliar.
Regulator Swiss Finma mengatakan bahwa penyangga likuiditas Credit Suisse memiliki efek stabilisasi pada bank dan sedang dibangun kembali. Namun, saham bank malah turun sebesar 14,7% di Kamis kemarin.
Baca Juga: Begini Langkah Credit Suisse Lakukan Penyehatan Keuangan
Credit Suisse juga telah melakukan perombakan besar-besaran pada bisnisnya, mulai dari memangkas biaya hingga karyawan.
"Kami memiliki rencana yang jelas untuk menciptakan Credit Suisse baru dan berniat untuk terus mewujudkan transformasi strategis tiga tahun kami,” ujar CEO Credit Suisse, Ulrich Korner.
Sementara itu, analis dari Keefe, Bruyette & Woods, Thomas Hallet menilai kinerja operasional Credit Suisse lebih buruk dari apa yang dikhawatirkan. Dia menyebut, tingkat arus keluar juga cukup mengejutkan.
"Dengan kerugian besar yang berlanjut di tahun 2023, kami memperkirakan akan melihat gelombang penurunan peringkat lainnya dan tidak melihat alasan untuk memiliki saham." Katanya.
Baca Juga: Credit Suisse Melakukan PHK Atas Sepertiga Bankir Investasi dan Tim Penelitian China
Lebih lanjut, Credit Suisse mencatat bahwa di sektor manajemen kekayaan dan investasi juga kemungkinan akan mengalami kerugian pada kuartal pertama 2023.
Sebelumnya di kuartal IV tahun 2022, sektor manajemen kekayaan memiliki arus keluar 92,7 miliar franc. Nilai itu jauh lebih tinggi dari perkiraan yakni sebesar 61,9 miliar franc.
Penurunan dana di tahun lalu telah membuat Credit Suisse melanggar beberapa persyaratan likuiditas, namun kepala keuangannya menyebut persoalan tersebut telah diselesaikan.