Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - TEXAS. Cuaca panas ekstrem menjadi ancaman baru bagi sistem energi dan pasokan bahan bakar global.
Dikutip dari Bloomberg, saat ini merupakan suhu ekstrem terpanas selama musim panas dari Texas sampai ke Tokyo. Alhasil permintaan listrik melonjak karena orang-orang di wilayah tersebut mengeluh soal pendingin ruangan yang amat dibutuhkan.
Namun, masalah lebih besar menanti. Sebab, suhu panas ekstrem ini menimbulkan serentetan gangguan di kilang minyak. Alhasil harga bensin Amerika Serikat (AS) tetap tinggi dan menyebabkan harga solar juga ikut melambung, bahkan melampaui kenaikan harga minyak mentah.
Perusahan penyulingan minyak terpaksa memangkas produksi minyak setidaknya 2% secara global selama bulan Juni dan Juli, mengingat dua bulan tersebut menjadi bulan terpanas di dunia.
Pasalnya pemadaman listrik telah mempengaruhi sistem penyulingan minyak yang kondisinya juga telah mengalami kekurangan investasi selama bertahun-tahun, dan pasar produk minyak semakin ketat karena perang di Ukraina.
Wakil Kepala Perdagangan Minyak Trafigura Group, Ben Luckock mengatakan, kondisi cuaca panas eksrem yang terjadi tahun ini benar-benar menciptakan masalah besar bagi kilang-kilang minyak di Eropa dan Amerika karena lebih banyak pemadaman dan masalah yang lebih sulit diatasi.
Setidaknya hal ini menyebabkan produksi minyak mentah Eropa turun 700.000 barel per hari selama musim panas jika dibandingkan dari tahun sebelumnya.
Selain membatasi pasokan, kenaikan suhu ini juga meningkatkan permintaan bahan bakar minyak yang biasa digunakan untuk menghasilkan listrik di Timur Tengah dan Asia Selatan. Negara-negara tersebut menambah biaya operasional dengan mengeringkan sungai Rhine dan Terusan Panama.
Baca Juga: Harga Pangan Dunia Selain Beras dan Gula Dalam Tren Melemah
Analis Asia Vortexa Ltd, Serena Huang mengatakan meningkatnya suhu panas ini membatasi efisiensi dari operasi unit kilang. Gangguan ini berdampak pada pasokan kilang akibat meningkatnya ketidakpastian dari produksi dan volatilitas harga di pasar.
Panas ekstrim yang awalnya menjadi masalah yang panjang bagi jaringan listrik, kini meluas pada masalah penyulingan bahan bakar yang semakin besar karena berkurangnya stok persedian minyak sulingan menengah AS, termasuk diesel yang sudah mendekati stok terendah selama 5 tahun ini.
Alhasil harga diesel terdorong naik karena tingginya permintaan untuk bahan bakar industri dan pemanas di Singapura.
Direktur Iklim dan SDE Eurasia Group, Henning Gloystein mengatakan perubahan iklim juga menyebabkan cuaca musim dingin lebih ekstrim di seluruh belahan bumi utara, karena Pasifik yang menghangat bergerak ke utara dan mendorong pusaran kutub ke selatan. Ini menyebabkan lonjakan suhu dingin di Asia Utara, Eropa, dan Amerika Utara.
Meningkatnya gangguan produksi pada kilang minyak tersebut yang disebabkan oleh cuaca ekstrim, menyoroti semakin banyaknya tantangan yang dihadapi dunia dalam upaya untuk melepaskan diri dari bahan bakar fosil, dan di saat yang bersamaan juga berupaya untuk mengatasi dampaknya terhadap perubahkan iklim.
Frederic Lasserre, kepala riset & analisis global di Gunvor Group Ltd mengatkan pasar terlalu sensitif terhadap gangguang pasokan yang tidak terduga. Namun mereka tidak memiliki rencana cadangan saat mereka tidak punya stok dan tidak memiliki kapasitas yang lebih.
Baca Juga: Hong Kong dan Shenzhen Diguyur Hujan Paling Ekstrem Sepanjang Sejarah