Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Dampak buruk perang dagang antara China dan Amerika Serikat diperkirakan bakal menghampiri Singapura. Akhir pekan ini Bank Sentral Singapura sudah memberi peringatan bahwa meningkatnya tensi perdagangan antara kedua negara tersebut kemungkinan akan merugikan ekonomi Singapura dalam beberapa bulan mendatang, meskipun dampak sengketa tersebut pada pertumbuhan ekonomi domestik masih kecil.
Negeri kecil namun menjadi pusat perdagangan dan keuangan ini dipandang sebagai penentu arah ekonomi global karena ekspornya yang tinggi. Sejak awal tahun ini para politisi dan pembuat kebijakan telah memperingatkan tentang adanya tantangan dari adu tarif yang terjadi di antara dua mitra dagang utama Singapura tersebut.
Washington telah memberlakukan tarif hingga US$ 250 miliar pada barang-barang dari China. Kebijakan tersebut menekan tingkat pertumbuhan negeri tersebut ke tingkat terendah dalam hampir satu dekade terakhir.
Otoritas moneter Singapura menyebut friksi perdagangan tersebut sejauh ini memiliki dampak yang terbatas pada ekonomi Singapura. Tetapi dampak negatif bisa terlihat lebih mulai akhir tahun ini. "Ini bisa menimbulkan beberapa risiko penurunan pertumbuhan di kuartal depan," tulis otoritas dalam tinjauan makroekonomi semi tahunannya seperti dikutip Reuters, Jumat (26/10).
Monetary Authority of Singapore (MAS) memperkirakan pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) akan berada di kisaran 2,5%-3,5% untuk 2018. Sementara di tahun depan, diperkirakan hanya akan tmbuh moderat. Sektor industri elektronik menjadi yang paling dikhawatirkan dari efek domino perang dagang.
Pasalnya sektor ini merupakan tulang punggung dari manufaktur Singapura. Dan merupakan salah satu pusat perhatian karena hubungannya dengan China dalam rantai pasokan global. Industri lain yang mungkin merasakan panas adalah transportasi. Hal ini karena Singapura memiliki salah satu pelabuhan tersibuk di dunia menghubungkan dunia barat dengan kawasan Asia.
Namun selalu ada hikmah di balik setiap masalah. Laporan bank sentral juga menunjukkan data bahwa Asia Tenggara, khususnya Vietnam, menjadi tujuan utama untuk bisnis AS yang dipindahkan dari China. Atau setidaknya menjadi pertimbangan utama bila harus melakukan relokasi karena ketegangan kebijakan perdagangan.
Relokasi produksi ke Asia Tenggara, jika berkelanjutan, dinilai dapat menghasilkan beberapa hal positif ke Singapura. Khususnya layanan terkait perdagangan seperti perdagangan grosir dan transportasi hingga pergudangan bisa mendapatkan keuntungan karena status negeri tersebut sebagai hub internasional.
Meskipun risiko terhadap pertumbuhan dari perang dagang telah membuat Singapura memperketat kebijakan moneter pada tahun ini.
Langkah pengetatan moneter paling baru didorong oleh indikator domestik yang dinilai solid. Termasuk lewat peningkatan kondisi pasar tenaga kerja, inflasi inti yang mendekati 2%, serta roda ekonomi yang berjalan sedikit di atas ekspektasi.
"Sikap kebijakan moneter secara hati-hati dikalibrasi dengan latar belakang ketidakpastian global yang persisten di lingkungan eksternal, dan itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi," tulis tinjauan tersebut.