Reporter: Ferrika Sari | Editor: Yudho Winarto
Mata uang China telah menguat hampir 10% dari level terendah tahun ini pada akhir Mei, menjadikannya pemain terbaik kedua di Asia setelah won Korea Selatan. Yuan diperdagangkan pada 6,5460 pada hari Jumat.
Imbal hasil obligasi pemerintah China naik beberapa bulan terakhir karena spekulasi Bank Rakyat Indonesia yang akan keluarkan stimulus moneter. Itu telah membantu memperluas keunggulan suku bunga yuan atas dolar ke rekor terbesar.
Selain itu, kenaikan mata uang karena didukung kemenangan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) sehingga tensi permusuhan kedua negara diperkirakan mereda. Kondisi dolar yang lebih lemah juga berkontribusi pada apresiasi.
Baca Juga: Investor pertimbangkan melepas saham perusahaan China yang masuk daftar Pentagon
Kemajuan pesat yuan dapat mengganggu ekspor China menjadi lebih mahal. Yang pada gilirannya akan merugikan pertumbuhan China.
Selain itu, apresiasi mata uang yang berkelanjutan dapat menarik aliran uang masuk sehingga memicu penggelembungan aset lokal dan menciptakan risiko keuangan.
Itu sebabnya pembuat kebijakan akan berusaha untuk memperlambat kenaikan, kata Dariusz Kowalczyk, ahli strategi pasar berkembang senior di Credit Agricole CIB.
Bank Rakyat China selanjutnya dapat melonggarkan pembatasan dana asing yang kabur dan mengarahkan nilai tukar lebih lemah dengan tingkat referensi harian.