Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Lucy Guo kini menyandang predikat sebagai triliuner perempuan termuda di dunia yang merintis usahanya sendiri, dengan kekayaan mencapai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 21,3 triliun.
Perjalanannya dimulai sejak kecil, saat ia menjual kartu Pokémon dan belajar coding secara otodidak, hingga akhirnya ikut mendirikan perusahaan teknologi Scale AI.
Mengutip, e.vnexpress.net, Selasa (5/8/2025), Guo lahir di wilayah Teluk San Francisco dari pasangan imigran Tionghoa yang keduanya berprofesi sebagai insinyur listrik. Setelah orang tuanya kehilangan pekerjaan, keluarganya hidup hemat. Ia mengaku sempat dirundung karena miskin.
“Saya berpikir, saya harus cari uang,” ujar Guo.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Tak Kenal Lelah di Balik Kesuksesan Lucy Guo Jadi Triliunan Muda
Sejak kecil, ia aktif mencari penghasilan: menjual kartu Pokémon, pensil warna, hingga memotong rumput. Ketika orang tuanya menyita uang hasil usahanya, ia beralih ke internet, tempat mereka tak bisa menjangkaunya.
Di sana, ia belajar coding dan menemukan celah di game Neopets untuk menjual akun virtual seharga ribuan dolar. Saat lulus SMA, ia sudah menghasilkan ratusan juta rupiah lewat bot dan situs digital marketing.
Guo kemudian kuliah di Carnegie Mellon University jurusan ilmu komputer dan interaksi manusia-komputer. Namun, sistem pendidikan formal tak cocok untuknya. Ia memilih keluar setelah diterima di Thiel Fellowship, yang memberinya US$ 100.000 untuk memulai startup.
Setelah magang di Facebook dan Snapchat, Guo bergabung dengan platform Quora, di mana ia bertemu Alexandr Wang.
Pada 2016, keduanya mendirikan Scale AI, setelah mendapat ide dari teman di Y Combinator tentang membuat “API untuk manusia.” Perusahaan ini berfokus pada pelabelan data untuk melatih sistem kecerdasan buatan.
Baca Juga: Triliuner Lucy Guo dan Filosofi Kerja Ekstrem di Balik Kesuksesan Teknologi
Scale AI berkembang pesat dan menjadi pemain kunci dalam industri AI. Kliennya termasuk pemerintah AS, yang menggunakan teknologinya untuk menganalisis citra satelit di Ukraina, serta OpenAI, yang memakai jasanya untuk melatih ChatGPT.
Guo memperoleh US$ 5 juta pertamanya dari pendanaan seri B Scale AI dan mengelola investasinya dengan cermat. Ia menjabat sebagai kepala operasional dan desain produk, sementara Wang menjadi CEO.
Keduanya masuk daftar Forbes 30 Under 30 pada 2018. Namun, pada tahun yang sama, perbedaan visi membuat Wang memecat Guo.
Meski begitu, ia mempertahankan sekitar 5% saham Scale AI, yang nilainya melonjak seiring valuasi perusahaan mencapai US$ 25 miliar. Pada usia 30 tahun, Guo resmi menjadi miliarder mandiri.
Setelah keluar dari Scale, Guo mendirikan Backend Capital, perusahaan modal ventura yang berinvestasi di startup teknologi. Ia juga berinvestasi di Ramp, platform pembayaran digital yang kini bernilai US$ 13 miliar.
Baca Juga: Dedikasi Ekstrem Triliuner Muda Lucy Guo dan Budaya Kerja Intens di Dunia Teknologi
Pada 2022, ia meluncurkan Passes, platform alternatif Patreon dan OnlyFans yang memungkinkan kreator dan selebritas berinteraksi dengan penggemar lewat chat dan video berbayar. Dalam dua tahun, Passes telah mengumpulkan US$ 50 juta dan memiliki valuasi sebesar US$ 150 juta.