Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lucy Guo, pendiri sekaligus mantan petinggi Scale AI, kini menyandang predikat sebagai triliuner perempuan termuda yang sukses membangun kekayaan sendiri, menggeser posisi Taylor Swift.
Meski kekayaannya diperkirakan mencapai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 21 triliun (kurs Rp 16.242), gaya hidupnya tetap sederhana dan jauh dari kemewahan.
Dalam wawancara bersama Fortune, Guo mengaku tidak suka menghamburkan uang.
Ia masih berbelanja pakaian di Shein, memesan makanan dengan promo beli satu gratis satu di Uber Eats, dan bepergian dengan Honda Civic milik asistennya.
Baca Juga: Lucy Guo Geser Taylor Swift: Miliarder Perempuan Termuda Berkat Ledakan AI
“Semua yang saya pakai gratis atau beli dari Shein,” ujarnya santai.
“Beberapa memang kualitasnya biasa saja, tapi ada saja yang cocok dan saya pakai terus.”
Sesekali, Guo memang memilih kelas bisnis saat penerbangan panjang atau mengenakan busana desainer saat diperlukan.
Namun dalam keseharian, ia tetap mengutamakan kesederhanaan. Bagi Guo, prinsip “act broke, stay rich” atau berpura-pura miskin agar tetap kaya, adalah filosofi hidup yang ia pegang teguh.
Guo mendirikan Scale AI pada 2016, dan meski mundur dari perusahaan pada 2018, ia masih mempertahankan sekitar 5% saham yang kini nilainya sekitar US$ 1,2 miliar.
Ini menempatkannya di antara sedikit perempuan triliuner di bawah usia 40, bersama nama-nama seperti Rihanna dan Daniela Amodei (Anthropic).
Menurut Guo, justru orang-orang yang masih berada di level miliarder yang cenderung ingin menunjukkan kekayaan mereka lewat barang-barang mewah.
Baca Juga: Bukan Uang, Ini Kunci Sukses Warren Buffett yang Sering Diabaikan
“Biasanya mereka merasa perlu tampil meyakinkan agar diakui oleh lingkungan sosialnya,” ujarnya. Namun setelah mencapai level triliuner, ia merasa tak perlu lagi membuktikan apa pun. “Saya tidak sedang pamer kepada siapa pun.”
Guo mengakui bahwa dulu ia pernah berada di fase di mana ia merasa perlu membuktikan diri lewat barang-barang mahal. Namun seiring waktu, ia menyadari bahwa pengakuan sejati tidak datang dari citra, melainkan dari pencapaannya.
“Saya sudah melewati fase itu. Sekarang saya tidak merasa perlu membuktikan apa pun lagi,” katanya.
Ia juga menyadari bahwa banyak tokoh kaya yang kini mencoba tampil sederhana demi terlihat ‘relatable’. Namun menurutnya, tidak semua benar-benar hidup hemat.
Baca Juga: Promo PHD Makan Pizza Tetap Hemat Sepanjang Mei, Fun Pizza Hanya Rp 13.000-an
Banyak yang hanya ingin terlihat merakyat di tengah sentimen negatif publik terhadap para triliuner.
“Saya bukan mencoba terlihat berbeda dari triliuner lain,” jelas Guo.
“Saya hanya sadar, saya pernah boros karena merasa kurang percaya diri. Tapi sekarang saya tahu, tak ada gunanya menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak penting.”
Dengan sikap ini, Lucy Guo membuktikan bahwa keberhasilan finansial tak harus diiringi dengan kemewahan.
Bagi dirinya, kekayaan sejati adalah kebebasan untuk tidak perlu membuktikan apa-apa kepada siapa pun.