Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - FRANKFURT/LONDON. Pada Kamis (31/3/2022), Rusia mengatakan akan menyusun pengaturan praktis bagi perusahaan asing untuk membayar gasnya dalam rubel.
Hal ini semakin memicu kecemasan karena bisa meningkatkan kemungkinan gangguan pasokan gas ke Eropa. Pasalnya, negara-negara Barat sejauh ini menolak permintaan Moskow untuk pengalihan mata uang ke rubel.
Melansir Reuters, perintah Presiden Vladimir Putin pekan lalu untuk menagih negara-negara "tidak bersahabat" dalam mata uang rubel sebagai bentuk pembayaran gas Rusia telah mendorong mata uang itu setelah jatuh ke posisi terendah sepanjang masa. Negara-negara Barat memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.
"Tidak ada yang akan memasok gas secara gratis, itu tidak mungkin, dan Anda hanya dapat membayarnya dalam rubel," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, Selasa.
Baca Juga: Beda Dengan Jerman, Italia Masih Wait and See Soal Pembayaran Gas Rusia Dalam Rubel
Kantor berita TASS melaporkan, Ketua Majelis Tinggi Parlemen Rusia, Valentina Matviyenko, mengatakan Moskow siap jika Eropa menolak untuk membeli energi Rusia dan dapat mengalihkan pembeliannya ke pasar Asia.
Negara-negara Eropa, yang sebagian besar membayar dalam euro, mengatakan Rusia tidak berhak mengatur ulang kontrak. Kelompok negara G7 menolak tuntutan Moskow minggu ini.
Pada pekan ini, harga gas grosir Eropa mengalami kenaikan di tengah kekhawatiran pasokan gas Rusia bakal terhenti, meskipun Rusia sejauh ini memenuhi kewajiban kontrak untuk penjualan gas ke Eropa.
Peskov mengatakan, sejalan dengan tenggat waktu 31 Maret yang ditetapkan oleh Putin untuk pembayaran rubel, semua modalitas sedang dikembangkan sehingga sistem ini sederhana, dapat dimengerti dan layak untuk pembeli Eropa dan internasional.
Baca Juga: Ini Daftar Perusahaan yang Masih Membeli Minyak Mentah Rusia
Negara-negara G7 mendesak perusahaan untuk tidak menyetujui pembayaran rubel dan mengatakan sebagian besar kontrak pasokan menetapkan euro atau dolar.
"Itu adalah posisi yang kami bagikan," kata juru bicara Komisi Eropa pada konferensi pers di Brussels, Selasa.