Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KAIRO. Ibukota Mesir berubah menjadi ladang pembantaian pada Rabu (14/8) kemarin setelah pasukan militer melakukan pembersihan tenda para demonstran yang mendukung mantan presiden Mesir Mohammed Morsi.
Sebulan setelah negara tersebut memberlakukan status darurat dan jam malam di sejumlah daerah, pemerintah berupaya untuk kembali memulihkan situasi agar menjadi kondusif.
Berdasarkan data yang dirilis Kementrian Kesehatan setempat, setidaknya, 235 orang sudah meregang nyawa dan 2.001 lainnya terluka. Namun, jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat melihat tingginya ketidakpastian yang menyebar ke seluruh wilayah Kairo.
Saksi mata dan relawan pro-Morsi melaporkan data korban yang jauh lebih tinggi. Namun, tak ada data yang dapat dikonfirmasikan mengenai hal ini.
Sebuah foto yang belum diverifikasi dan diposting di sosial media menunjukkan kondisi mengenaskan di mana puluhan tubuh tergeletak tak bernyawa setelah pasukan militer menembakkan gas air mata dan senjata api pada tenda demonstran di Rabaa dan Nahda.
Mencekamnya situasi di Mesir menyebabkan kedutaan AS ditutup, pasar saham Mesir disuspen, dan jasa layanan kereta api ditunda.
Dua gereja diserang dan dibakar di Dermous. Sedangkan seorang kolonel dan anggota militer diserang dan dibunuh.
Di antara mereka yang tewas di Kairo, terdapat Asmaa Beltagy. Dia adalah putri pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin Mohammed Beltagy yang baru berusia 17 tahun. Dua jurnalis asing juga ada yang tewas dalam bentrokan di Mesir.