kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Di Tengah Kecemasan Invasi Rusia ke Ukraina, Bisakah Bitcoin Jadi Aset Safe Haven?


Selasa, 15 Februari 2022 / 13:53 WIB
Di Tengah Kecemasan Invasi Rusia ke Ukraina, Bisakah Bitcoin Jadi Aset Safe Haven?
ILUSTRASI. Di tengah kekhawatiran serangan Rusia ke Ukraina menyulut sebuh pertanyaan: bisakah Bitcoin menjadi aset safe haven? REUTERS/Dado Ruvic.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Ketegangan yang memuncak di Eropa menyusul kekhawatiran serangan Rusia ke Ukraina menyulut sebuh pertanyaan: bisakah Bitcoin menjadi aset safe haven?

Jawabannya: setidaknya untuk saat ini, adalah tidak. Harga emas telah naik 2,3% selama seminggu terakhir, setelah peringatan Barat tentang agresi Rusia ke Ukraina. 

Sementara harga Bitcoin telah kehilangan 3%. Ini lebih buruk dari penurunan 0,9% dari indeks Nasdaq Composite. Belakangan harga Bitcoin berkorelasi dengan pasar saham.

“Saya tidak melihat bukti bahwa Bitcoin menjadi safe haven,” kata Chris Weston, Head of Research Pepperstone yang berbasis di Melbourne, Australia. 

"Situasi Ukraina dengan Rusia sangat sulit untuk dinilai, jadi dalam situasi itu, Anda cukup membeli minyak mentah berjangka," ujarnya kepada Reuters.

Baca Juga: Harga Bitcoin Turun Efek Potensi Perang Rusia-Ukraina, Dogecoin dan Shiba Inu Naik

Tapi, terlalu dini untuk mengabaikan argumen yang dibuat oleh banyak pendukung Bitcoin yang mengatakan, mata uang kripto ini ditakdirkan untuk menjadi bentuk emas digital, yang harus mempertahankan nilainya ketika aset berisiko seperti saham jatuh.

Beberapa investor juga menunjukkan bagaimana perdagangan yang relatif tenang, pada saat ketegangan geopolitik tinggi, dengan Rusia telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat Ukraina.

Volatilitas rata-rata 30 hari harga Bitcoin telah turun menjadi 3,48% dibandingkan dengan rata-rata tahun 2021 sebesar 4,56%, menurut indeks volatilitas BuyBitcoinWorldwide.

Mengacu data Coinglass, indeks Bitcoin Fear & Greed, yang mengukur sentimen pasar 0 menunjukkan ketakutan ekstrem dan 100 adalah keserakahan ekstrem, berdiri di 46, di atas kisaran 11-33 yang gugup sejak akhir November.

Baca Juga: Bappebti: Aset Kripto Buatan Indonesia Cukup Cerah

Matthew Dibb, Chief Operating Officer Stack Funds yang berbasis di Singapura, mengatakan, dia bullish terhadap kripto dalam jangka panjang sebagai aset alternatif dan lindung nilai untuk peristiwa dunia. 

"Tapi, itu belum cukup. Kami mulai melihat beberapa perbedaan antara Bitcoin dan pasar saham, yang sangat bagus," ungkapnya kepada Reuters. 

"Sementara kami melihat beberapa tempat persembunyian tradisional muncul dengan situasi Ukraina dan Rusia, kami belum benar-benar melihatnya di kripto," imbuh dia.

Meski begitu, mengacu data CoinMarketCap pada Selasa (15/2) pukul 13.47 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 43.594,27 atau naik 3,96% dalam 24 jam terakhir.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×