Sumber: Xinhua,Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Xinhua melaporkan, China telah merevisi jumlah resmi korban meninggal akibat virus corona, dengan menambahkan 1.290 angka kematian di Wuhan. Wuhan merupakan kota tempat virus pertama kali muncul Desember lalu.
Tambahan itu, yang dilaporkan oleh media pemerintah pada hari Jumat, menjadikan angka kematian nasional menjadi 4.636, mayoritas berasal dari provinsi Hubei, lokasi Wuhan berada.
Menurut laporan tersebut, semua kematian tambahan dihitung di Wuhan dan keterlambatan pelaporan kematian disebabkan beberapa alasan. Pertama, beberapa pasien meninggal di rumah tanpa pergi ke dokter atau sedang diuji untuk virus di mana rumah sakit kewalahan selama puncak epidemi.
Baca Juga: Gara-gara virus corona, ekonomi China di kuartal I-2020 kontraksi 6,8%
Kedua, ada pelaporan terlambat dan tidak lengkap karena pekerja medis dan lembaga sedang sibuk merawat pasien selama epidemi. Ketiga adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk merawat pasien diperluas ke institusi di tingkat kota dan kabupaten, termasuk rumah sakit swasta, dan tidak semua terhubung dan memberi informasi yang tepat waktu ke jaringan epidemi pusat.
Revisi serupa dalam jumlah korban tewas juga terjadi di New York City beberapa hari yang lalu. Kota ini menambahkan lebih dari 3.700 orang yang meninggal di rumah sebelum diuji virus corona. Namun, langkah China kemungkinan akan memicu spekulasi tentang keakuratan datanya, yang telah dipertanyakan oleh Presiden AS Donald Trump. Para pejabat intelijen Amerika telah menyimpulkan bahwa China menyembunyikan tingkat penyebaran dan jumlah kasus dan kematian yang tidak dilaporkan.
Baca Juga: Negara Barat meragukan data corona, ini jawaban China
Bulan lalu, foto-foto ribuan guci abu yang diangkut ke rumah duka di Wuhan beredar di platform media sosial Cina, meningkatkan kekhawatiran bahwa jumlah sebenarnya kematian di kota tempat virus pertama kali muncul lebih tinggi daripada yang diakui secara resmi.
Mengutip Bloomberg, China membantah tuduhan bahwa mereka sengaja mengecilkan jumlah korban. Negara itu mengatakan bahwa mereka membagikan informasi apa yang mereka miliki secara transparan. Tetapi revisi berulang data sepanjang krisis - termasuk satu hari penambahan hampir 15.000 kasus yang didiagnosis melalui metode klinis yang berbeda pada bulan Februari - telah memicu ketidakpercayaan global.
Baca Juga: Kematian corona di AS 20.000, China 3.000, Trump: Anda percaya data itu?
Sementara revisi tersebut menandai lonjakan yang substansial, angka kematian resmi baru China masih rendah dibandingkan dengan AS di mana kematian yang dilaporkan telah meningkat melewati 30.000. Di Italia dan Spanyol, jumlah kematian sekitar 20.000 di setiap negara.