Sumber: Associate Press | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bulan Februari biasanya merupakan puncak musim flu di Negeri Paman Sam, di mana ruang praktek dokter dan rumah sakit akan dipenuhi oleh pasien yang menderita flu. Kondisi berbeda terjadi pada tahun ini.
Melansir AP, flu hampir menghilang dari AS, di mana laporan yang ada menunjukkan infeksi flu berada pada tingkat yang jauh lebih rendah dalam beberapa dekade terakhir.
Para ahli mengatakan, langkah-langkah yang diambil untuk menangkis virus corona seperti pemakaian masker, jarak sosial, dan sekolah virtual, adalah faktor besar dalam mencegah "twindemic" flu dan Covid-19.
Selain itu, masih mengutip AP, dorongan agar masyarakat melakukan vaksinasi flu serta lebih sedikit orang yang bepergian dinilai juga membantu meredam penyebaran flu.
Penjelasan lain yang mungkin: virus corona pada dasarnya menyingkirkan flu dan serangga lain yang lebih umum terjadi pada musim gugur dan musim dingin.
Baca Juga: China setujui dua vaksin Covid-19 lagi: Sinopharm dan CanSinoBIO
Menurut Dr. Arnold Monto, seorang ahli flu di University of Michigan, para ilmuwan tidak sepenuhnya memahami mekanisme di balik hal tersebut. Namun, hal itu akan konsisten dengan pola yang terlihat ketika strain flu tertentu mendominasi yang lain.
"Secara nasional, ini adalah musim flu terendah yang pernah kami catat, menurut sistem pengawasan yang berusia sekitar 25 tahun," kata Lynnette Brammer dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
Sejumlah rumah sakit di AS mengatakan tidak ada lonjakan pasien yang terserang flu.
Baca Juga: 5 Gejala virus corona yang parah menurut WHO, kenali!
"Saya tidak melihat ada kasus flu yang terdokumentasi musim dingin ini," kata Dr. Nate Mick, kepala departemen darurat di Maine Medical Center di Portland, rumah sakit terbesar negara bagian seperti yang dikutip AP.
Jumlah infeksi flu juga menurun di China, Eropa, Afrika Selatan, Australia, dan bagian lain dunia selama musim puncaknya di negara masing-masing.