kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dipaksa Pacu Kredit Saat Permintaan Lemah, Perbankan China Lakukan Praktik Tak Biasa


Selasa, 23 Agustus 2022 / 16:59 WIB
Dipaksa Pacu Kredit Saat Permintaan Lemah, Perbankan China Lakukan Praktik Tak Biasa
ILUSTRASI. Gedung Bank Sentral China. Pemerintah China mendorong perbankan semakin banyak menyalurkan kredit untuk menggerakkan ekonomi Tiongkok yang sedang lesu.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China mendorong perbankan semakin banyak menyalurkan kredit untuk menggerakkan ekonomi Tiongkok yang sedang lesu. Ekonomi China melemah akibat pembatasan sosial guna meredam penyebaran Covid-19 dan tekanan pasar properti.

Sementara, para debitur perbankan masih enggan menambah utang di tengah perlambatan ekonomi tersebut. Untuk memenuhi tuntutan pemerintah itu, sejumlah perbankan di China mencari cara meningkatkan pertumbuhan kredit mereka, bahkan sampai harus menerapkan praktik-praktik tak biasa.

Beberapa bank pelat merah China memberikan pinjaman ke perusahaan-perusahaan dan kemudian mengizinkan mereka untuk menyimpan dana dengan tingkat bunga sama dengan kredit.

Hal itu diungkapkan pejabat eksekutif di enam bank yang enggan disebut identitasnya kepada  Bloomberg. Praktik lainnya, bank saling meminjam melalui pengaturan pembiayaan jangka pendek yang bisa didandani sebagai kredit baru hanya demi meningkatkan volume kredit.

Tidak jelas seberapa luas praktik itu telah berkembang. Saat dimintai penjelasan, regulator perbankan dan asuransi China serta bank sentral tidak memberikan jawaban.

Baca Juga: China Dilanda Cuaca Ekstrem pada Musim Panas Ini

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pelaku bisnis dan rumah tangga masih enggan mengajukan kredit. Sementara pengangguran dari kelompok muda China telah melonjak menyetuh rekor yakni 20%. Adapun ekonomi China diperkirakan beberapa ekonom hanya akan tumbuh 3% tahun ini.

Kebijakan pemangkasan suku bunga yang dilakukan People’s Bank of China (PBOC) dan imbauan kepada perbankan untuk meningkatkan kredit kepada pengembang, pemerintah daerah dan pelaku UMKM telah gagal menahan perlambatan pertumbuhan kredit.

Pertumbuhan kredit China pada Juli 2022 tercatat tumbuh paling rendah dalam lima tahun terakhir dan permintaan konsumer berada pada titik terendah sejak 2007.

Dalam pernyataannya pada Senin (22/8), PBOC mengatakan, selain mendukung ekonomi riil, bank harus meningkatkan dukungan kredit terhadap UMKM, pembangunan hijau, inovasi ilmiah dan terknologi, serta bidang lainnya

"Kita harus mengkonsolidasikan fondasi pemulihan dan pembangunan ekonomi dengan rasa urgensi yang tidak dapat menunggu waktu," kata PBOC, Selasa (23/8).

Di saat data pertumbuhan kredit dan penjualan ritel semakin menunjukkan bahwa ekonomi melambat tajam, pembuat kebijakan telah meluncurkan serangkaian langkah untuk mendorong pertumbuhan kredit.

Bank Sentral China secara tak terduga memangkas suku bunga utamanya bulan ini. Sedangkan pemerintah juga merencanakan pemberian pinjaman khusus 200 miliar yuan kepada pengembang dan untuk program pinjaman yang lebih luas.

Bank-bank China minggu ini menurunkan beberapa suku bunga acuan pinjaman mereka untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan untuk menarik para debitur.

Namun, para ekonom tengah mengingatkan, China menghadapi perangkap likuiditas dengan permintaan untuk pinjaman turun. Sementara pasokan uang menunjukkan bank sedang memiliki banyak uang tunai. Deposito rumah tangga meningkat hampir 13% pada semester pertama tahun ini, lompatan terbesar dalam catatan.

"Industri perbankan mendapat tekanan besar dari perlambatan ekonomi dan pertumbuhan laba sektor ini kemungkinan akan melemah," kata Liao Zhiming, Kepala Analis Bank di China Merchant Securities Co. Menurutnya, bank juga menghadapi tantangan manajemen risiko yang lebih besar peningkatan kredit bermasalah.

Di bawah tantangan penyaluran kredit, bank juga menghadapi krisis properti dimana pengembang banyak hampir gulung tikar dan konsumen banyak membatalkan KPR karena konstruksi terhenti di seluruh negeri.

S&P Global Ratings memperkirakan bahwa perbankan bisa menghadapi kerugian KPR sebesar US$ 350 miliar dalam skenario terburuk. Pada bulan Juni, pinjaman ke sektor real estate turun untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Kredit macet juga meningkat hampir 107 miliar yuan pada semester pertama tahun ini menjadi 2,95 triliun yuan.

Baca Juga: China Akan Bebaskan Puluhan Utang dari 17 Negara Afrika




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×