Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Salah satu dokter China pertama yang mencoba memperingatkan dunia tentang virus corona meninggal dunia pada hari Jumat. Kejadian ini memicu simpati dan duka cita di media sosial China. Pada saat yang sama, Beijing menyatakan "perang rakyat" pada wabah yang menyebar cepat itu.
Li Wenliang, 34 tahun, adalah dokter spesialis mata di sebuah rumah sakit di Wuhan, kota yang paling parah dilanda wabah.
Dia dan tujuh orang lainnya ditegur oleh polisi Wuhan bulan lalu karena menyebarkan informasi "ilegal dan salah" tentang virus corona setelah sebelumnya memperingatkan dokter di media sosial tentang tujuh kasus virus baru yang misterius. Peringatannya itu bertujuan untuk membantu dokter lain.
Baca Juga: Dua WNA diobservasi di Natuna, Menkes: Tak perduli warga mana, saya pelihara semua
Banyak orang China biasa di media sosial menggambarkan Li sebagai pahlawan dan tokoh tragis, yang mencerminkan ketidakmampuan pihak berwenang setempat untuk menangani kemunculan virus pada awal wabah.
Melansir Reuters, pada hari Jumat, provinsi Hubei di China, tempat Wuhan berada, melaporkan 69 kematian baru, menjadikan totalnya di China lebih dari 600 jiwa. Dilaporkan juga ada hampir 2.500 kasus baru, sehingga menjadikan total korban terinfeksi virus corona di China lebih dari 30.000. Angka untuk semua daratan China diperkirakan akan segera menyusul.
Baca Juga: Dilanda panic buying karena isu karantina, warga Hong Kong borong beras dan tisu
Presiden Cina Xi Jinping berusaha meyakinkan warganya dan dunia bahwa China akan mengalahkan virus korona.
"Seluruh negara telah menanggapi dengan segala kekuatannya untuk menanggapi dengan langkah-langkah pencegahan dan kontrol yang paling teliti dan ketat, China memulai perang rakyat untuk pencegahan dan pengendalian epidemi," kata Xi seperti yang dikutip oleh kantor berita Xinhua saat melakukan panggilan telepon dengan Raja Salman dari Arab Saudi.
Baca Juga: Menhub: Penutupan rute penerbangan ke China diputuskan secara hati-hati
Dalam gambar yang mencolok dari jangkauan epidemi, sekitar 3.700 orang yang ada di kapal pesiar di Jepang, Diamond Princess, harus menjalani observasi dan karantina selama setidaknya dua minggu di kapal. Dilaporkan, ada 20 kasus yang ditemui di kapal pesiar itu.