Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar AS bergerak mendekati level terendah lima pekan terhadap mayoritas mata uang utama pada perdagangan Jumat (5/12/2025), ketika investor bersiap menghadapi kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pekan depan.
Pasar secara luas memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) 9–10 Desember, dengan fokus tertuju pada sinyal berapa banyak pelonggaran tambahan yang mungkin dilakukan pada 2025.
Baca Juga: Geger! Putin Nekad Kunjungi India 30 Jam di Tengah Ancaman Sanksi AS
Indeks dolar, yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang pesaing, tercatat stabil di 99,065 pada awal sesi Asia.
Kenaikan tipis pada sesi sebelumnya mengakhiri penurunan beruntun sembilan hari, meski indeks sempat menyentuh level terendah lima pekan di 98,765. Sepanjang pekan, indeks masih dalam tren turun sekitar 0,4%.
Berdasarkan data LSEG, pelaku pasar kini menilai probabilitas sekitar 86% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada Rabu depan, dengan kemungkinan tambahan 2–3 pemangkasan lagi tahun mendatang.
The Fed terus memantau kondisi pasar tenaga kerja untuk menentukan apakah ekonomi membutuhkan dukungan lebih lanjut.
Data terbaru menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan klaim awal tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun. Namun, angka tersebut diduga terdistorsi oleh periode libur Thanksgiving.
Baca Juga: Amazon Kian Mendominasi Pasar Pengiriman Paket AS, Siap Saingi USPS dan UPS
Gambaran data ekonomi AS juga tersendat akibat penundaan rilis serangkaian laporan selama penutupan pemerintahan yang berkepanjangan.
Laporan ketenagakerjaan bulanan yang biasa dirilis pada Jumat juga ditunda, sementara data bulan sebelumnya bahkan tak pernah dipublikasikan.
Namun, salah satu indikator inflasi favorit The Fed, Personal Consumption Expenditures (PCE) deflator tetap akan dirilis Jumat ini, meski untuk periode September. Ekonom yang disurvei LSEG memperkirakan inflasi inti naik 0,2% secara bulanan.
“Kenaikan 0,2% per bulan atau lebih rendah kemungkinan mendorong FOMC untuk memangkas Fed Funds Rate pekan depan,” tulis analis mata uang Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong, dalam catatan riset.
“Analisis kami menunjukkan risiko inflasi inti hanya meningkat 0,1%.”
Baca Juga: Kebakaran Hong Kong Guncang Industri Asuransi, Taiping Paling Terdampak
Dolar bergerak tipis di level 155,18 yen.
Euro stabil di US$1,1647, sementara pound sterling bertahan di US$1,3326 setelah terkoreksi dari level tertinggi enam pekan pada sesi sebelumnya.
Tekanan tambahan terhadap dolar muncul seiring spekulasi bahwa penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, dapat menggantikan Jerome Powell sebagai Ketua The Fed ketika masa jabatannya berakhir pada Mei.
Hassett dinilai lebih pro terhadap pelonggaran kebijakan suku bunga.
Pekan depan juga akan menjadi periode padat keputusan bank sentral global, termasuk bank sentral Australia (RBA) pada Selasa, Bank Kanada pada Rabu, dan Bank Nasional Swiss pada Kamis.
Pekan berikutnya giliran Bank Sentral Eropa, Bank Inggris, Riksbank Swedia, dan Bank of Japan (BOJ).
Baca Juga: Saudi Turunkan Harga Minyak Januari 2026 untuk Asia ke Level Terendah dalam 5 Tahun
Tiga pejabat pemerintah Jepang mengatakan kepada Reuters bahwa BOJ kemungkinan akan menaikkan suku bunga bulan ini, meskipun arah kebijakan berikutnya masih belum pasti.
Pasar saat ini hanya sepenuhnya memperkirakan satu kenaikan tambahan tahun depan, serta sekitar 50% kemungkinan kenaikan kedua.
Dolar Australia stabil di US$0,6609 setelah menyentuh level tertinggi dua bulan di US$0,6624 pada Kamis.
Dolar Kanada pun hampir tak berubah di C$1,3961 per dolar AS. Sementara franc Swiss berada di 0,8035 per dolar setelah sempat menyentuh level tertinggi dua pekan di 0,7992 pada sesi sebelumnya.













