Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin jatuh ke bawah US$ 42.000 pada Senin (11/4), menyentuh level terendah sejak 22 Maret lalu dan memperpanjang penurunan dari posisi tertinggi akhir Maret di US$ 48.240.
Bahkan, penurunan terus terjadi ketika Luna Foundation Guard (LFG) menambahkan US$ 173 juta dalam Bitcoin ke dompetnya selama akhir pekan lalu, meningkatkan total kepemilikan menjadi hampir 40.000 BTC.
Hanya, investor tradisional menolak mengikuti jejak LFG, mengingat beberapa ketidakpastian ekonomi dan politik yang mengintai aset berisiko, menurut Noelle Acheson, Head of Market Insights Genesis Global.
"Secara keseluruhan, ini lebih merupakan ketidakpastian pasar, kekhawatiran makro, dan fokus pada apa yang akan dilakukan suku bunga," kata Acheson kepada CoinDesk.
Baca Juga: Bitcoin Bergerak Flat Sepekan Terakhir, Bagaimana Arah ke Depan?
Indeks Dollar AS (DXY), yang melacak nilai greenback terhadap mata uang utama, menyentuh level tertinggi dalam dua tahun terakhir, di atas 100 pada Senin (11/4), membawa kenaikan tahun ini menjadi 4,3%, menurut data TradingView.
Menurut Kevin Kelly, Co-Founder dan Global Head of Macro Strategy Delphi Digital, dollar AS dan Bitcoin memiliki korelasi yang cukup terbalik.
"Tahun 2017 adalah salah satu tahun terburuk untuk dollar, dan itu bertepatan dengan pergerakan besar dalam Bitcoin," ujar Kelly, seperti dikutip CoinDesk. "Kenaikan harga Bitcoin pada awal 2021 disebabkan oleh pelemahan dollar".
Griffin Ardern, volatility trader dari Blofin, mengatakan, "ketika DXY telah mencapai tertinggi dan naik lebih jauh, biasanya menunjukkan penurunan lebih lanjut pada aset lain, apakah itu pasar saham, kripto, atau FX".
Mengacu data CoinMarketCap pada Senin (11/4) pukul 20.00 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 41.228,36 atau turun 3,36% dalam 24 jam terakhir dan merosot 10,29% selama sepekan.