Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi memberikan grasi penuh dan tanpa syarat kepada Changpeng Zhao (CZ), pendiri bursa kripto terbesar di dunia, Binance, yang sebelumnya divonis bersalah karena pelanggaran aturan anti pencucian uang.
Keputusan ini diumumkan Gedung Putih pada Kamis (waktu setempat), menandai langkah terbaru Trump dalam upayanya memulihkan reputasi industri kripto dan mendorong pertumbuhannya di bawah pemerintahannya.
Latar Belakang Kasus dan Hukuman Zhao
Changpeng Zhao, miliarder kelahiran China yang berkewarganegaraan Kanada, mengundurkan diri sebagai CEO Binance pada 2023 setelah perusahaan tersebut mengaku bersalah karena gagal menerapkan program anti pencucian uang yang efektif.
Baca Juga: Trump Tingkatkan Impor Daging Sapi Argentina menjadi 80.000 Metrik Ton
Binance saat itu membayar denda sebesar US$4,3 miliar, sementara Zhao secara pribadi dijatuhi denda US$50 juta dan menjalani hukuman penjara hampir empat bulan.
Meski mundur dari posisi puncak, Zhao tetap mempertahankan kepemilikan sahamnya di Binance. Seorang eksekutif yang ditunjuk olehnya kemudian mengambil alih jabatan CEO. Dalam pernyataannya saat mundur, Zhao mengatakan, “Saya membuat kesalahan, dan saya harus bertanggung jawab.”
Grasi Penuh dan Dampaknya
Pengampunan penuh yang diberikan Trump membuka peluang bagi Zhao untuk kembali aktif di industri kripto, termasuk kemungkinan berperan lagi dalam ekspansi Binance di Amerika Serikat.
Dalam unggahannya di platform X, Zhao menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Trump:
“Saya sangat berterima kasih atas pengampunan hari ini dan kepada Presiden Trump karena menegakkan komitmen Amerika terhadap keadilan, inovasi, dan kebebasan. Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk membantu menjadikan Amerika sebagai ‘Ibu Kota Kripto Dunia’.”
Seorang juru bicara Binance juga menyampaikan apresiasi terhadap “kepemimpinan dan visi” Presiden Trump bagi masa depan sektor kripto.
Grasi dalam Konteks Politik dan Industri
Langkah Trump ini mempertegas posisinya sebagai pendukung kuat industri aset digital, berbeda dengan pemerintahan Biden yang dinilai keras terhadap sektor tersebut.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyebut bahwa Zhao adalah korban dari “perang terhadap kripto” yang dilancarkan oleh pemerintahan sebelumnya.
Grasi untuk Zhao juga menjadi bagian dari gelombang pengampunan luas yang dilakukan Trump selama masa jabatan keduanya, termasuk terhadap sejumlah tokoh industri kripto dan pengusaha yang terlibat kasus keuangan.
Baca Juga: Trump Bongkar Sayap Timur Gedung Putih untuk Bangun Ballroom, Picu Kecaman Publik
Sebelumnya, Trump telah memberikan grasi kepada:
-
Tiga pendiri BitMEX (Maret 2025) yang didakwa gagal mematuhi Undang-Undang Bank Secrecy Act,
-
Ross Ulbricht, pendiri pasar daring bawah tanah Silk Road,
-
dan Trevor Milton, pendiri perusahaan truk listrik Nikola yang divonis penipuan.
Selain itu, Trump juga telah mengampuni sekitar 1.500 orang yang terlibat dalam insiden serangan ke Capitol pada 6 Januari 2021.
Keterkaitan Binance dan Proyek Kripto Keluarga Trump
Pengampunan terhadap Zhao juga menarik perhatian karena hubungannya dengan proyek kripto keluarga Trump, World Liberty Financial.
Pada Mei lalu, Binance menerima stablecoin USD1—yang dikeluarkan oleh World Liberty—sebagai pembayaran atas investasi senilai US$2 miliar dari perusahaan investasi Abu Dhabi, MGX.
Keputusan Binance tersebut dinilai memberikan dorongan besar bagi proyek kripto keluarga Trump, karena sebagian besar sirkulasi USD1 berasal dari transaksi tersebut.
Senator Demokrat Elizabeth Warren mengkritik langkah ini dengan tajam:
“Pertama, Zhao mengaku bersalah atas pencucian uang. Lalu, dia mendukung salah satu proyek kripto milik keluarga Trump dan melobi untuk grasi. Hari ini, Trump membalas budi dengan memberikan pengampunan.”
Binance menolak memberikan komentar atas kritik tersebut.













