Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah pemerintahan Presiden Donald Trump untuk membangun ballroom megah di kompleks Gedung Putih menimbulkan gelombang kontroversi setelah diketahui bahwa proyek tersebut melibatkan pembongkaran total Sayap Timur (East Wing) — bagian bersejarah yang selama ini menjadi kantor bagi Ibu Negara dan stafnya.
Pada Senin (20/10), para pekerja mulai merobohkan seluruh bagian Sayap Timur. Meski sebelumnya Trump menjanjikan pembangunan ballroom tidak akan mengganggu struktur bersejarah Gedung Putih, foto-foto yang beredar memperlihatkan sebaliknya.
“In order to do it properly, we had to take down the existing structure,” ujar Trump di Oval Office pada Rabu (22/10). Ia menegaskan bahwa pembongkaran dilakukan agar renovasi dapat “dilaksanakan dengan benar.”
Seorang pejabat administrasi mengatakan proses pembongkaran diperkirakan selesai dalam dua minggu, dan seluruh area akan “dimodernisasi” untuk mendukung proyek ballroom tersebut.
Gedung Putih Terbesar Dirobohkan Sejak Era Roosevelt
Sayap Timur Gedung Putih terakhir kali mengalami perubahan besar pada tahun 1942 di bawah pemerintahan Franklin D. Roosevelt. Sejak itu, para presiden Amerika memang kerap melakukan renovasi, namun perubahan kali ini disebut sebagai yang paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
Baca Juga: Trump Bekukan Pertemuan dengan Putin, AS Jatuhkan Sanksi Baru ke Raksasa Minyak Rusia
Senator independen Angus King dari Maine menyebut langkah Trump sebagai “penodaan terhadap warisan sejarah bangsa.”
“Tindakan Presiden Trump ini adalah penghinaan terhadap rakyat Amerika dan pengkhianatan terhadap kewajibannya untuk melindungi sejarah serta warisan bangsa,” katanya dalam pernyataan resmi.
Pertanyaan Soal Prosedur dan Transparansi
Kritik juga diarahkan pada prosedur dan transparansi proyek. Banyak pihak mempertanyakan apakah pembongkaran tersebut telah melalui proses persetujuan lembaga perencana federal.
Gedung Putih mengklaim akan menyerahkan rencana pembangunan ballroom ke National Capital Planning Commission (NCPC) — lembaga yang mengawasi proyek federal di Washington dan sekitarnya. Namun, hal itu baru dilakukan setelah pembongkaran sudah berlangsung.
Will Scharf, Sekretaris Staf Gedung Putih sekaligus Ketua NCPC, mengatakan dirinya tidak terlibat dalam perencanaan proyek tersebut dan berjanji akan meninjau proposal secara objektif.
“Saya tidak terlibat dalam proses perencanaan di Gedung Putih untuk ballroom ini, dan saya akan menilai proyek ini secara profesional,” ujarnya.
Namun, mantan komisaris NCPC Bryan Green menilai seharusnya pembongkaran dan pembangunan diproses sebagai satu paket kajian, bukan dilakukan secara terpisah.
Biaya Proyek Membengkak, Sumber Dana Masih Kabur
Trump mengungkapkan bahwa ballroom baru itu akan menelan biaya sekitar US$300 juta, naik dari estimasi awal US$200 juta pada Juli lalu.
Ia mengklaim proyek tersebut dibiayai oleh dirinya sendiri bersama para donor swasta, namun hingga kini belum ada rincian resmi mengenai sumber pendanaannya.
Menanggapi kritik soal transparansi, Trump berujar bahwa masyarakat “bisa melihat semuanya di surat kabar.” Ia bahkan memamerkan model fisik ballroom di atas meja Oval Office untuk menunjukkan desain akhir yang diinginkannya.
Kekhawatiran dari Lembaga Pelestarian Sejarah
National Trust for Historic Preservation mendesak pemerintahan Trump menghentikan sementara pembongkaran hingga proses peninjauan resmi oleh NCPC selesai.
Dalam surat resminya, lembaga tersebut menyebut ballroom berukuran 90.000 kaki persegi itu akan “mengalahkan proporsi Gedung Putih itu sendiri,” yang luasnya hanya sekitar 55.000 kaki persegi.
Baca Juga: Donald Trump Ingin Pemerintah AS Punya Saham di Industri Komputasi Kuantum
Namun, upaya untuk menghentikan proyek ini diperkirakan sulit karena sebagian besar Sayap Timur sudah terlanjur diratakan.
Reaksi Publik: “Seperti Kehilangan Monumen Nasional”
Warga sekitar juga bereaksi keras terhadap pemandangan pembongkaran. Sarah Kavanagh (59), warga Maryland, datang langsung untuk melihat proses tersebut.
“Rasanya seperti ingin menaruh karangan bunga sebagai tanda berkabung,” ujarnya. “Ini sungguh menjijikkan.”
Bagi para pendukung Trump, ballroom ini disebut sebagai simbol kemegahan dan “modernisasi sejarah Amerika.” Namun bagi para pengkritik, proyek ini menegaskan pola lama pemerintahan Trump — mendahulukan gaya dan ambisi pribadi dibanding penghormatan terhadap institusi dan sejarah nasional.
Dengan sebagian besar Sayap Timur kini tinggal puing, Gedung Putih tampaknya sedang memasuki babak baru — antara modernisasi dan kehilangan sebagian identitas sejarahnya.













