kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Dorong Ekspansi Global, BYD Hadapi Ujian Berat di Jepang


Kamis, 05 September 2024 / 18:05 WIB
Dorong Ekspansi Global, BYD Hadapi Ujian Berat di Jepang
ILUSTRASI. BYD, produsen kendaraan listrik terkemuka asal China, tengah menghadapi berbagai tantangan dalam upayanya memperluas pasar di Jepang.. REUTERS/Annegret Hilse


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BYD, produsen kendaraan listrik terkemuka asal China, tengah menghadapi berbagai tantangan dalam upayanya memperluas pasar di Jepang.

Meskipun telah meraih kesuksesan besar di dalam negeri, penetrasi pasar otomotif Jepang yang terkenal sulit untuk dikuasai menjadi ujian nyata bagi strategi global perusahaan ini.

Berbagai faktor mulai dari skeptisisme konsumen hingga perubahan kebijakan subsidi menjadi penghambat utama bagi BYD dalam memperkokoh posisinya di Jepang.

Baca Juga: Jerman dalam Krisis! Intel dan Volkswagen Pertimbangkan Tarik Dana Miliaran Dolar

BYD dan Perluasan Pasar Global

BYD, yang didukung oleh investor ternama Warren Buffett, telah menjadi salah satu produsen kendaraan listrik terbesar di dunia. Melalui inovasi teknologi dan peningkatan kualitas produk, BYD terus memperluas ekspansinya ke berbagai pasar internasional, termasuk Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara Asia lainnya.

Di tengah upaya global ini, Jepang menjadi salah satu target utama ekspansi BYD. Sebagai salah satu pasar otomotif terbesar di dunia, Jepang menawarkan peluang besar, tetapi juga tantangan tersendiri, terutama bagi produsen asing.

Tantangan Pasar Jepang

Pasar Jepang dikenal sebagai pasar yang sangat kompetitif dan sulit ditembus oleh produsen asing. Salah satu faktor utama yang menghambat ekspansi BYD di Jepang adalah rendahnya permintaan terhadap kendaraan listrik (EV).

Meskipun kendaraan listrik mulai mendapat perhatian di berbagai negara, di Jepang, dominasi kendaraan hybrid seperti yang diproduksi oleh Toyota masih sangat kuat. Data industri menunjukkan bahwa kendaraan listrik hanya menyumbang sekitar 1% dari total penjualan mobil penumpang di Jepang selama tujuh bulan pertama tahun ini.

Baca Juga: Penjualan Tesla di China Kembali ke Jalur Positif

Selain itu, pemerintah Jepang juga telah mengubah kebijakan subsidi untuk kendaraan listrik pada tahun ini. Subsidi yang sebelumnya didasarkan pada kinerja mobil kini juga mempertimbangkan infrastruktur, seperti jumlah pengisi daya cepat yang dipasang oleh produsen.

Perubahan ini berdampak signifikan pada BYD, yang mengalami pemotongan subsidi hampir setengahnya untuk model SUV Atto 3, dari 650.000 yen menjadi 350.000 yen.

Pandangan Konsumen Jepang terhadap Produk Tiongkok

Salah satu kendala utama yang dihadapi BYD di Jepang adalah persepsi konsumen terhadap produk Tiongkok. Sebagian besar konsumen Jepang masih meragukan kualitas produk buatan Tiongkok.

Seperti yang diungkapkan oleh Yukihiro Obata, seorang pengunjung showroom BYD di Yokohama, banyak orang Jepang yang percaya bahwa produk Jepang lebih unggul daripada produk Tiongkok maupun Korea Selatan.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi BYD untuk meyakinkan konsumen Jepang bahwa kendaraan listrik mereka memiliki kualitas yang setara, atau bahkan lebih baik, dibandingkan dengan produsen lokal maupun asing lainnya.

Baca Juga: Aktivitas Pabrik Jepang Kontraksi pada Pace yang Lebih Lambat pada Agustus 2024

Strategi BYD untuk Mengatasi Tantangan

Dalam menghadapi berbagai tantangan ini, BYD telah mengambil langkah-langkah strategis untuk memperbaiki citra dan meningkatkan penjualan di Jepang. Salah satunya adalah dengan memberikan diskon pada 1.000 unit pertama dari model terbaru mereka dan menayangkan iklan televisi yang menampilkan aktris Jepang terkenal, Masami Nagasawa.

Strategi ini bertujuan untuk membangun kesadaran merek dan menarik minat konsumen Jepang terhadap kendaraan listrik BYD.

Namun, biaya pemasaran yang lebih tinggi dari yang diharapkan menjadi beban tersendiri bagi perusahaan. BYD harus mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk kampanye pemasaran di Jepang dibandingkan dengan negara-negara lain.

Presiden BYD Auto Jepang, Atsuki Tofukuji, mengakui bahwa ada beberapa konsumen di Jepang yang "sangat membenci produk Tiongkok", sehingga tidak bijaksana untuk memaksa produk mereka kepada konsumen tersebut. Sebagai gantinya, BYD berfokus pada menawarkan produk dengan harga yang terjangkau dan performa yang mumpuni.

Baca Juga: Meradang, Ini Janji Beijing Pasca Kanada Terapkan Tarif 100% Kendaraan Listrik China

Untuk meningkatkan daya saing di Jepang dan memenuhi persyaratan subsidi baru, BYD juga berencana untuk memasang 100 pengisi daya cepat di seluruh Jepang pada akhir tahun depan.

Dengan memperluas jaringan pengisi daya cepat, BYD berharap dapat memenuhi kriteria subsidi yang lebih besar serta mendukung pertumbuhan kendaraan listrik di Jepang. Rencana ini diharapkan dapat membantu perusahaan menarik lebih banyak konsumen dan meningkatkan penjualan.

Persaingan dengan Merek Lokal dan Internasional

BYD tidak hanya harus bersaing dengan produsen kendaraan listrik lokal seperti Toyota dan Nissan, tetapi juga dengan merek-merek internasional lainnya seperti Tesla, Mercedes-Benz, dan Hyundai.

Tesla, misalnya, telah berhasil menjual hampir 17.000 kendaraan listrik di Jepang hingga akhir Maret 2023, jauh lebih banyak dibandingkan dengan BYD yang baru menjual lebih dari 2.500 unit. Meskipun demikian, BYD optimis bahwa strategi harga yang lebih kompetitif dan peningkatan kualitas produk dapat membantu mereka memenangkan hati konsumen Jepang.

Perubahan kebijakan subsidi pemerintah Jepang tidak hanya berdampak pada BYD, tetapi juga pada produsen kendaraan listrik asing lainnya seperti Mercedes-Benz, Volkswagen, Peugeot, dan Volvo.

Baca Juga: BYD Targetkan Separuh Penjualannya Berasal dari Pasar Global

Sebaliknya, produsen lokal seperti Nissan dan Toyota masih memenuhi syarat untuk mendapatkan subsidi maksimum sebesar 850.000 yen. Hal ini memunculkan dugaan bahwa pemerintah Jepang berusaha melindungi industri otomotif domestiknya dari persaingan asing.

Menurut Zhou Jincheng, manajer riset otomotif di Nagoya, kebijakan subsidi baru ini mungkin merupakan upaya pemerintah Jepang untuk menjaga keberlanjutan penggunaan kendaraan listrik dan infrastruktur pengisi daya di negara tersebut dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan lokal.

Prospek Masa Depan BYD di Jepang

Meskipun tantangan di pasar Jepang cukup besar, BYD tidak menyerah begitu saja. Dengan mengadopsi strategi pemasaran yang lebih agresif, menawarkan harga yang kompetitif, serta mengembangkan infrastruktur pengisi daya cepat, BYD berupaya untuk meningkatkan pangsa pasar mereka di Jepang.

Baca Juga: Mobil Listrik Baru Neta Laku Keras di Thailand

Perusahaan ini juga berharap bahwa kesadaran konsumen Jepang terhadap kualitas produk Tiongkok akan berubah seiring waktu.

Di masa depan, BYD berencana untuk terus meningkatkan jumlah showroom dan jaringan pengisi daya cepat di Jepang guna memperkuat posisinya di pasar kendaraan listrik yang sedang berkembang.

Terlepas dari tantangan yang dihadapi, ekspansi BYD di Jepang menjadi sorotan utama bagi para pelaku industri otomotif, terutama mengingat ambisi perusahaan untuk menjadi salah satu pemain utama di pasar global.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×