Reporter: Dityasa H Forddanta |
BOSTON. Optimisme membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS) membuat para manajer investasi kembali memburu saham dan obligasi sebagai portofolio investasi. Alhasil, dana kelolaan reksadana di AS mencatat rekor tertinggi.
Berdasarkan laporan Investment Company Institute (ICI), dana kelolaan atau asset under management (AUM) untuk reksadana jangka panjang mencapai US$ 64,8 miliar dalam tiga minggu pertama bulan Januari. Perolehan AUM tersebut memecahkan rekor tahun 2009, sebesar Rp US$ 52,6 miliar.
Kinerja apik perolehan AUM tersebut tentunya turut mengerek indeks saham di AS. Kemarin, Dow Jones Industrial Average menyentuh level 14.000 dan ini merupakan rekor terbaik sejak tahun 2007.
Alhasil, AUM reksadana dengan ber-underlying ekuitas mencatatkan rekor terbaik, dengan perolehan US$ 29,9 miliar dalam tiga minggu pertama bulan Januari 2013. Bahkan, perolehan tersebut jauh melampaui AUM sepanjang bulan Januari 2006.
"Ketika kami melewati fiscal cliff, kami justru mampu mengunci banyak uang," ujar David Kelly, Chief Global Strategist JPMorgan Fund. "Itu merupakan risiko besar yang baru saja dipindahkan," imbuhnya.
JPMorgan Chase & Co sendiri sukses meraup dana kelolaan US$ 367 miliar awal tahun ini. Hal tersebut membuat manajemen mampu menghindari tagihan pajak sebesar US$ 600 miliar, dan berkelit dari pemotongan pengeluaran yang justru dapat merusak perekonomian.
Tak bisa disangkal, perkembangan manufaktur AS yang melampaui prediksi merupakan faktor utama rekor perolehan AUM di AS. Laporan Institute for Supply Management menunjukkan, pertumbuhan manufaktur di negeri yang dipimpin oleh “Anak Menteng” ini mencatatkan rekor tertinggi dalam sembilan bulan terakhir. Bisa dipastikan, hal itu merupakan sinyal kembali pulihnya perekonomian AS.
"Sendi-sendi perekonomian AS perlahan tapi pasti mulai membaik, dan hal ini tentunya akan meningkatkan AUM reksadana saham meningkat," ungkap Avi Nachmany, Direktur Penelitian Strategic Insight. Dirinya juga yakin, AUM bisa mencapai US$ 90 miliar untuk sepanjang bulan Januari tahun ini.
Ungkapan Nachmany bukan tanpa alasan. Pendapatan tersebut mengacu pada hasil The Standard & Poor’s 500 Index. Indeks yang menjadi acuan saham AS tersebut naik 6,1% kemarin siang. Tren yang positif meski kurang apik jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tapi, aset bank kustodian dan perusahaan pengelola reksadana naik 11% jika dibandingkan periode sebelumnya.
"Pada bulan Januari, orang kembali melirik reksadana ekuitas," kata James Kennedy, CEO T. Rowe Price Group Inc. "Ini sangat nyata untuk industri, dan ini sangat nyata untuk kami," imbuhnya.