Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Vaksin corona Johnson & Johnson didasarkan pada dosis tunggal adenovirus penyebab pilek, dimodifikasi sehingga tidak bisa lagi mereplikasi diri, lalu dikombinasikan dengan bagian dari virus corona yang disebut protein lonjakan yang digunakannya untuk menyerang sel manusia.
Pengembangan vaksin corona Johnson & Johnson menggunakan teknologi yang sama yang digunakan dalam vaksin Ebola terbaru, yang pada Juli lalu mendapat persetujuan pemasaran dari Komisi Eropa.
Baca juga: Iphone 12 diluncurkan, harga iPhone 11 di tiga gerai ini didiskon hingga Rp 5,5 juta
Pada bulan September, uji coba vaksin virus corona yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford juga dihentikan untuk sementara, setelah seorang peserta Inggris menderita "penyakit yang tidak dapat dijelaskan".
Vaksin AstraZeneca ini adalah salah satu proyek yang paling maju, yang telah diuji coba pada puluhan ribu relawan di seluruh dunia. Uji klinis dilanjutkan awal bulan ini di Jepang, tetapi tidak di Amerika Serikat
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Johnson & Johnson Hentikan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Setelah Peserta Menderita Sakit Misterius",
Editor : Miranti Kencana Wirawan