Sumber: Arab News | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - MANILA. Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memerintahkan penangkapan bagi semua orang yang melanggar aturan kesehatan penyakit virus corona (COVID-19).
Dalam pidato yang disiarkan pada Rabu malam, Duterte mengatakan dia muak dengan laporan pertemuan yang terjadi meskipun terjadi pandemi. Dia mengizinkan polisi menggunakan "kekuatan yang wajar" untuk menangkap individu yang melanggar protokol kesehatan.
Pengumuman itu menyusul serangkaian acara massal di wilayah ibu kota, Metro Manila, dan provinsi terdekat, yang mengakibatkan puluhan peserta tertular COVID-19 awal bulan ini.
Insiden pertama dilaporkan di resor Ciudad sa Gubat di Kota Caloocan, di mana, setelah pesta dengan sekitar 500 tamu, setidaknya 20 dinyatakan positif terkena virus.
Insiden kedua adalah pesta komunitas selama tiga hari di Barangay Nagkaisang Nayon, di mana 54 peserta terinfeksi. Peristiwa lain terjadi minggu lalu dengan lebih dari 2.000 orang memenuhi Sungai Bakas di Barangay Matictic, Norzagaray, untuk piknik.
Pada hari Rabu, 6.000 orang muncul untuk menerima bantuan makanan dari kantor salah satu anggota dewan Kota Quezon, tanpa memperhatikan jarak sosial.
Baca Juga: Bukan Indonesia & Filipina, ini negara dengan kasus harian corona tertinggi di ASEAN
“Sebagian besar dari Anda melakukan kejahatan karena Anda tahu bahwa setelah berkumpul, setelah berenang bersama, banyak dari Anda akan (tes) positif COVID-19. Anda mengabaikan permohonan dari pemerintah dan merupakan tindak pidana bagi Anda untuk tertular virus corona dan meneruskannya kepada orang lain yang tidak bersalah. Ini benar-benar kejahatan,” kata Duterte.
“Mulai malam ini, jika ada satu (insiden) lagi, kapten barangay (kepala desa) akan menjadi orang pertama yang ditangkap,” terangnya.
Duterte mengatakan kegagalan otoritas lokal untuk menegakkan pembatasan adalah kelalaian tugas yang dapat dihukum berdasarkan Revisi KUHP.
“Tangkap mereka semua; minta mereka menyelidiki dan menahan mereka,” katanya.
“Jangan takut menggunakan kekerasan. Anda bisa menggunakan kekerasan, kekuatan yang wajar,” tambahnya.
“Kalau ada perlawanan, bisa mengenai tangan atau kaki, tapi kepala tidak. Anda dapat melakukannya karena Anda harus menempatkan mereka di bawah otoritas Anda," ujarnya.
Pada hari Kamis, Filipina melaporkan hampir 6.500 kasus COVID-19 baru, membuat penghitungan totalnya melampaui angka 1,2 juta. Sekitar 20.400 orang Filipina telah meninggal karena COVID-19 sejak awal pandemi.