kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   2.000   0,13%
  • USD/IDR 16.140   100,00   0,62%
  • IDX 7.080   43,33   0,62%
  • KOMPAS100 1.058   7,20   0,69%
  • LQ45 827   1,51   0,18%
  • ISSI 216   1,79   0,84%
  • IDX30 423   0,27   0,06%
  • IDXHIDIV20 512   -2,14   -0,42%
  • IDX80 120   0,73   0,61%
  • IDXV30 126   0,70   0,56%
  • IDXQ30 142   -0,50   -0,35%

Ekonomi China Berisiko Alami Stagnasi Berkepanjangan, Ini Alasannya


Sabtu, 19 Agustus 2023 / 05:23 WIB
Ekonomi China Berisiko Alami Stagnasi Berkepanjangan, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Perekonomian China kini tengah berisiko mengalami stagnasi yang berkepanjangan. REUTERS/Jason Lee


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KRISIS EKONOMI CHINA - Perekonomian China kini tengah berisiko mengalami stagnasi yang berkepanjangan. Apalagi ditambah dengan krisis properti yang mengancam stabilitas keuangan.

Bersamaan dengan hal itu, ada kegelisahan yang meningkat terkait mengapa para pemimpinnya tidak terburu-buru untuk menghidupkan kembali ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Bahkan di negara yang terkenal dengan pengambilan keputusan yang buram dan berlarut-larut, investor, analis, dan diplomat menunjuk pada tanda-tanda bahwa Beijing tampaknya ragu untuk mengambil kebijakan berani yang diperlukan untuk menopang pemulihan ekonomi pasca-COVID.

Ini bukan hanya masalah ekonomi tetapi masalah geopolitik.

Melansir Reuters, Presiden AS Joe Biden pada pekan lalu menyebut China sebagai "bom waktu yang berdetak" karena ekonominya yang sakit. Menurut Biden, itu tidak baik karena ketika orang jahat punya masalah, mereka melakukan hal buruk.

Jadi mengapa tanggapan China begitu lambat?

Pandangan beberapa pengamat China adalah bahwa fokus Presiden Xi Jinping pada keamanan nasional bertentangan dengan upaya pemulihan ekonomi. Hal itu membuat dana asing yang ingin masuk ke Beijing menjadi tertahan.

Baca Juga: Bank-Bank Besar China Aktif Jual Dolar AS untuk Membeli Yuan di London dan New York

"Masalah inti tahun ini adalah bahwa kepemimpinan telah memberikan instruksi tingkat tinggi yang tidak jelas kepada para pejabat untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan keamanan nasional," kata Christopher Beddor, wakil direktur penelitian China di Gavekal Dragonomics.

Dia menambahkan, "Jika pejabat tidak yakin dengan apa yang diinginkan pimpinan, mereka cenderung menunda tindakan apa pun sampai mereka menerima lebih banyak informasi. Hasilnya adalah kelumpuhan kebijakan, bahkan jika itu harus dibayar mahal."

Analis lainnya mengatakan, ada keragu-raguan Partai Komunis terhadap langkah-langkah yang dapat mengalihkan kekuasaan dari negara ke sektor swasta. Selain itu, pemerintahan yang banyak diisi oleh loyalis Xi, mungkin menghambat kebijakan untuk mendongkrak perekonomian.

Yang pasti, perubahan di China dapat memakan waktu, seperti yang dilakukan Beijing untuk mempertahankan pembatasan COVID-19 yang merusak secara ekonomi hampir sepanjang tahun lalu.

Baca Juga: China ke Wapres Taiwan: Kemerdekaan Berarti Perang!



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×