kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Eks Menhan AS: Seharusnya kami kirim lebih banyak pasukan ke Laut Hitam


Rabu, 14 April 2021 / 09:42 WIB
Eks Menhan AS: Seharusnya kami kirim lebih banyak pasukan ke Laut Hitam
ILUSTRASI. Menteri Pertahanan AS era Donald Trump, Mark Esper.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Mark Esper, Menteri Pertahanan AS di era Donald Trump mengatakan bahwa AS seharusnya mengerahkan lebih banyak pasukan ke kawasan Laut Hitam demi meredakan tensi.

Esper yang kini menjadi anggota Institut McCain untuk Kepemimpinan Internasional di Arizona State University menilai bahwa pengerahan pasukan AS di sepanjang Laut Hitam di Bulgaria dan Rumania bisa mencegah potensi agresi dari Rusia.

"Saya pikir kita perlu terus melawan Rusia dan mencoba mencegah perilaku buruk Rusia," ungkap Esper, seperti dikutip Reuters (14/4).

Mantan petinggi Pentagon menegaskan bahwa AS harus bisa terus meyakinkan sekutu Eropa dan meningkatkan aliansi NATO dengan mengerahkan lebih banyak pasukan di Polandia. Bahkan jika mungkin, masuk ke Baltik, serta daerah seperti Rumania dan Bulgaria.

Saat masih bekerja di Pentagon dulu, Esper sempat mengusulkan hal yang sama kepada Presiden Donald Trump yang berniat memotong kontingen pasukan AS di Jerman hingga sepertiganya. Esper menilai Jerman telah memanfaatkan AS dan tidak memenuhi kewajiban keuangan ke NATO.

Baca Juga: Biden berencana tarik 2.500 tentara AS di Afghanistan pada 11 September mendatang

Pada hari Selasa (13/4), Biden mengumumkan bahwa AS akan meningkatkan jumlah pasukannya di Jerman saat ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali memuncak.

Pernyataan Esper ini keluar setelah Presiden AS Joe Biden meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh pembangunan militer Rusia di perbatasan Ukraina.

Biden juga mengusulkan pertemuan puncak untuk para pemimpin negara yang bersengketa di kawasan tersebut untuk menangani serangkaian perselisihan. Tentunya, Rusia juga diharapkan bisa ikut serta.

Rusia merebut Krimea dari Ukraina pada 2014 dan pertempuran meningkat dalam beberapa pekan terakhir di timur Ukraina. Reuters melaporkan, konflik selama 7 tahun ini telah menewaskan hingga 14.000 orang.

Selanjutnya: Sebut AS musuh, Rusia: Kapal perang AS sebaiknya menjauhi Krimea!




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×