Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Harga emas di Asia kembali melonjak. Itu diakibatkan nilai dolar yang melemah setelah pemerintah AS memutuskan untuk mengambil alih dua lembaga penyalur dan penjamin kredit perumahan terbesar di negara itu, yakni Fannie Mae dan Freddie Mac. Hal itu yang kemudian mendorong emas kian banyak diburu sebagai aset investasi alternatif.
Kontrak emas mengalami kenaikan untuk pertama kalinya dalam delapan hari. Adanya pengambilalihan dua perusahaan tersebut menandakan bahwa Fannie dan Freddie tengah berada di jurang kehancuran. “Adanya pengambilalihan Fannie Mae dan Freddie Mac berarti situasi finansial masih belum stabil. Itu membuat dolar menjadi bearish dan mengangkat harga emas,” kata Wallace Ng, Chief trader emas di Fortis Bank Asia Pacific.
Hari ini di Singapura, harga emas untuk pengantaran cepat melonjak 1,6% atau US$ 13,20 menjadi US$ 816,7 per ounce. Padahal pada minggu lalu, harga emas telah turun 3,3% karena nilai dolar mengalami penguatan 2,8% terhadap euro. Sementara, kontrak perak untuk pengantaran cepat juga mengalami kenaikan sebesar 3,6% dan bertengger pada level US$ 12,71 per ounce.
Tingginya harga emas tersebut juga disebabkan karena tingginya harga energi. Asal tahu saja, saat ini, harga minyak mentah di New York mengalami kenaikan karena adanya badai Ike yang diperkirakan bakal menyerang Teluk Meksiko sehingga dikhawatirkan bakal mengurangi jumlah produksi. Kini, harga kontrak minyak mentah untuk pengantaran bulan Oktober mengalami kenaikan US$ 2,72 atau 2,6% menjadi US$ 108,95 per barel di NYMEX.
“Selain itu, adanya permintaan emas dari sejumlah investor juga membuat harga emas naik. Beberapa diantara mereka sekarang memasang posisi untuk membeli kembali kontrak emas,” jelas Ng.