kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Eropa bakal Merasakan Musim Dingin yang Berat di Tengah Krisis Gas Alam


Senin, 29 Agustus 2022 / 13:31 WIB
Eropa bakal Merasakan Musim Dingin yang Berat di Tengah Krisis Gas Alam
ILUSTRASI. Patung Winston Churchill terlihat saat hujan salju di London, Inggris, Minggu (24/1/2021). REUTERS/Toby Melville.


Sumber: BBC | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Menteri Energi Belgia Tinne Van der Straeten memberi peringatan kepada seluruh Eropa bahwa mereka akan menghadapi musim dingin yang berat di tengah krisis gas alam yang terjadi setelah invasi Rusia.

Melalui akun Twitter pribadinya pada Minggu (28/8), Tinne mengatakan, harga gas alam di Eropa perlu segera ditetapkan. Ia juga menyebutkan, hubungan antara harga gas dan tarif listrik perlu direformasi.

Menjelang akhir tahun, Tinne khawatir Eropa akan menghadapi musim dingin yang sangat berat. Kondisi ini bahkan diprediksi bisa bertahan hingga bertahun-tahun kemudian.

"Lima sampai sepuluh musim dingin berikutnya akan mengerikan jika kita tidak melakukan apa-apa. Kita harus bertindak di sumbernya, di tingkat Eropa, dan bekerja untuk membekukan harga gas," ungkap Tinne, seperti dikutip BBC.

Baca Juga: Tertekan Krisis Listrik dan Covid-19, Prospek Ekonomi China Makin Suram

Di Eropa, tarif listrik melonjak dan mencapai rekor tertingginya minggu lalu. Hal ini tidak lepas dari tingginya harga gas alam yang menjadi sumber utama pembangkit listrik di Eropa.

Tarif listrik di Jerman untuk kontrak selama satu tahun ke depan mencapai €995 per MWh. Sementara di Prancis, harganya naik menjadi €1.130 per MWh. Harga tersebut mengalami peningkatan lebih dari sepuluh kali lipat di kedua negara dari tahun lalu.

Kanselir Austria Karl Nehammer mengajak semua pihak di Eropa untuk segera mengakhiri gejolak di pasar energi saat ini. Nehammer meminta Uni Eropa segera memisahkan harga listrik dan gas.

"Tarif listrik harus turun. Kita tidak bisa membiarkan (Presiden Rusia Vladimir) Putin menentukan tarif listrik Eropa setiap hari," ungkapnya.

Baca Juga: Jerman Umumkan Kebijakan Hemat Energi Besar-besaran Menjelang Musim Dingin

Jerman, importir gas Rusia terbesar pada tahun 2020, sedang berusaha meningkatkan cadangan gasnya sebelum musim dingin di tengah berhentinya pasokan dari negeri beruang merah.

Jerman berencana mengisi kapasitas gasnya hingga 85% pada Oktober. Pemerintahnya pun telah menerapkan langkah-langkah penghematan energi untuk mencapai tujuan tersebut.

"Bersama dengan membeli gas dari pemasok alternatif, langkah-langkah tersebut memungkinkan Jerman untuk memenuhi tujuannya lebih cepat dari yang diantisipasi. Target kemungkinan bisa tercapai pada awal September," kata Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck.

Negara-negara Uni Eropa berjuang menghadapi kenaikan harga energi yang drastis sejak mayoritas memberikan sanksi dagang kepada Rusia yang menginvasi Ukraina.

Tahun lalu, 40% pasokan gas alam Uni Eropa berasal dari Rusia. Setelah menerima sanksi, impor gas alam Rusia ke Uni Eropa menjadi terbatas.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×