kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Facebook hingga Twitter, investasi besar-besaran untuk fitur belanja


Jumat, 30 Juli 2021 / 16:19 WIB
Facebook hingga Twitter, investasi besar-besaran untuk fitur belanja
ILUSTRASI. Perusahaan media sosial seperti Facebook hingga Twitter, investasi besar-besaran untuk fitur belanja.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan media sosial mulai gencar berinvestasi besar-besaran pada fitur belanja online untuk mendorong pertumbuhan pendapatan. Sebut saja, nama-nama besar seperti Facebook, Youtube, Twitter dan Snap Inc.

Hal ini seiring dengan perkembangan aktivitas ekonomi digital melalui media sosial. Alhasil, perdagangan sosial atau social commerce menghasilkan pendapatan yang besar. Berdasarkan riset eMarketer pada Juni 2020, pendapatan dari aktivitas perdagangan ini diperkirakan mencapai US$ 36 miliar - hingga US$ 50 miliar pada 2023.

Dilansir dari Reuters, Jumat (30/7), keberhasilan perdagangan sosial karena menargetkan produk yang diminati pengguna. Bahkan, penjualan tersebut menghasilkan lebih banyak data yang dapat digunakan untuk iklan dan penempatan produk ke depan.

Secara luas, Facebook dan Google menjadi perusahaan teratas karena membantu pengecer meningkatkan penjualan mereka di kuartal terakhir. CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan, pedagang bisa melakukan transaksi bisnis melalui aplikasi Messenger dan WhatsApp yang memfasilitasi komunikasi bisnis dengan pelanggan.

Baca Juga: Induk Google raup laba US$ 18,5 miliar di kuartal II-2021

Facebook telah meluncurkan tokonya sendirinya pada Mei 2020. Mereka menarik pelanggan dengan cara mudah untuk menjual produk langsung melalui Facebook dan Instagram. Produk dipilih secara personal untuk pakaian yang sedang tren dan kebutuhan barang-barang rumah tangga.

eMarketer menyebut, Facebook adalah platform perdagangan sosial teratas, dengan 18% responden membeli produk melalui Facebook. Ini dibandingkan dengan Instagram milik Facebook sebesar 11% dan Pinterest sebesar 3%.

Bahkan jika pembatasan wilayah dicabut, analis mengatakan tidak mungkin permintaan untuk belanja online akan surut.

“Orang-orang mulai terbiasa membeli secara online. Saya tidak berpikir kami akan kembali ke level sebelumnya dalam hal pembelian di dalam toko,” kata analis Edward Jones, Dave Hager.

Sementara itu, Snap Inc berinvestasi dalam teknologi augmented reality yang dirancang untuk membantu pengguna secara virtual mencoba barang-barang seperti jam tangan, perhiasan, dan pakaian lainnya untuk mengurangi pengembalian barang yang merupakan masalah utama pengecer online.

Pengguna Snapchat dapat menggunakan aplikasi untuk mengambil gambar pakaian teman-teman mereka. Kemudian menyesuaikan dengan penampilan dan rekomendasi produk yang serupa, kata CEO Snap Evan Spiegel.

Tak mau kalah, TikTok sedang menguji fitur straming belanja dengan beberapa merek barang asal Inggris, memungkinkan pemirsa untuk membeli pakaian sebagai model item influencer secara real time selama video berlangsung.

Twitter juga mengumumkan akan mulai menguji fitur belanja yang memungkinkan pengguna untuk menelusuri produk yang dijual di bagian atas halaman profil merek yang mereka cari.

Selanjutnya: Wall Street menguat, didukung prospek kenaikan pendapatan perusahaan AS




TERBARU

[X]
×