Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Facebook semakin serius menekan penyebaran hoaks dengan menghapus akun-akun palsu. Perusahaan media sosial ini melaporkan telah menghapus 2,2 miliar akun sebanyak 2,2 miliar sepanjang kuartal pertama tahun ini.
Sementara sepanjang kuartal IV tahun 2018, Facebook sudah menonaktifkan lebih dari 1 miliar akun palsu. Sedangkan pada kuartal pertama sebelumnya, jumlah akun yang ditutup telah mencapai 583 juta. Sebagian besar dihapus hanya beberapa menit setelah dibuat sehingga tidak dihitung dalam metrik penggunaan bulanan dan harian.
Wakil Presiden Integritas Facebook Guy Rosen mengatakan, meningkatnya akun palsu itu didorong oleh spammer yang terus-menerus berusaha menghindari sistem Facebook. Namun, dia tidak mengaitkan akun spam tersebut dengan grup atau entitas tertentu.
Facebook juga melaporkan data metrik baru terkait jumlah pos yang dihapus yang mempromosikan atau terlibat dalam penjualan obat-obatan dan senjata api. Selama tiga bulan pertama tahun ini, perusahaan sudah menarik lebih dari 1,5 juta postingan dari kategori tersebut. Facebook ingin memperluas laporannya dengan memasukkan jenis kegiatan ilegal lainnya.
Sementara Chief Executive Officer (CEO) Facebook Mark Zuckerberg mengatakan, pihaknya telah meningkatkan biaya untuk mengawasi produk-produknya. “Jumlah modal yang dapat kami investasikan di semua sistem keselamatan tahun 2019 lebih besar dari seluruh pendapatan perusahaan pada tahun sebelum go public pada tahun 2012." ungkapnya seperti dikutip Bloomberg, Jumat (24/5).
Facebook memang terus mendapat kritikan tentang kebijakan konten-nya dan upaya untuk mendeteksi akun palsu sejak pemilihan presiden AS pada 2016, dimana kala itu Rusia menggunakan jejaring sosial untuk mencoba mempengaruhi pemilih.
Facebook telah berulangkali berjanji untuk menjadi lebih baik dalam mendeteksi dan menghapus postingan yang melanggar kebijakannya. Perusahaan juga berjanji membuat program kecerdasan buatan untuk melakukan itu karena menurut mereka pengawasan tidak cukup hanya dilakukan manusia.
Pendekatan yang dilakukan itu kemungkinan akan menghadapi kendala baru. Zuckerberg mengatakan, langkah perusahaan akan meningkatkan privasi dan enkripsi produk-produknya akan membuat Facebook semakin sulit menemukan dan menghapus konten.
"Kami menyadari akan lebih sulit menemukan semua jenis konten berbahaya yang berbeda. Kami akan bertarung tanpa salah satu alat yang sangat penting, yang tentu saja dapat melihat konten itu sendiri." katanya.
Algoritma AI Facebook bekerja dengan baik untuk beberapa masalah, seperti konten grafik dan kekerasan. Facebook mendeteksi hampir 99% dari semua postingan grafis dan kekerasan yang dihapus sebelum pengguna melaporkannya ke perusahaan. Namun, program kecerdasan buatan itu jauh dari sempurna.
Facebook masih tidak dapat secara konsisten mendeteksi konten grafis atau kekerasan dalam video siaran langsung seperti seperti kasus penembak yang menyiarkan pembunuhannya di masjid Selandia Baru.
Perangkat lunak itu juga belum berfungsi dengan baik untuk kategori yang lebih bernuansa, seperti ucapan benci, di mana konteks di sekitar hubungan pengguna dan bahasa bisa menjadi faktor besar.
Meski begitu, Facebook melihatnya sudah lebih baik. Selama enam bulan terakhir, 65% posting yang dihapus merupakan ucapan kebencian terdeteksi secara otomatis. Setahun yang lalu, angka itu hanya 38%.