Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - MANILA. Filipina mengumumkan penangguhan kenaikan cukai terhadap produk BBM, yang semula akan berlaku mulai Januari 2019.
Penangguhan ini bertujuan membendung meningkatnya perkiraan inflasi.
Inflasi di salah satu negara Asia yang tumbuh paling cepat ini telah meningkat sejak Januari akibat pajak yang lebih tinggi. Harga makanan dan bahan bakar yang lebih mahal dan peso yang lemah menyebabkan penurunan popularitas Presiden Rodrigo Duterte.
Departemen Keuangan Filipina memperkirakan pendapatan yang hilang dari penundaaan ini mencapai 40 miliar peso (US$ 740 juta) setahun.
Jumlah itu merupakan bagian dari pendanaan penting untuk program "Membangun, Membangun, Membangun" senilai US$ 180 miliar dari Duterte, yang bertujuan meningkatkan infrastruktur negara.
Di bawah undang-undang Reformasi Pajak untuk Percepatan dan Inklusi (TRAIN), cukai atas produk-produk bahan bakar akan ditingkatkan secara bertahap antara 2018 dan 2020, dengan kenaikan pertama dilaksanakan pada bulan Januari lalu dan yang kedua berlaku pada 1 Januari tahun depan.
Undang-undang mengizinkan penangguhan kenaikan kedua jika harga rata-rata minyak mentah Dubai, berdasarkan Mean of Platts Singapore, mencapai atau melebihi US$ 80 per barel dari Oktober hingga Desember 2018.
"Presiden membuat pengumuman awal penangguhan sementara kenaikan cukai minyak pada Januari 2019" Departemen Keuangan mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Harga hari ini dan beberapa perkiraan harga minyak mentah selama dua bulan ke depan menunjukkan bahwa harga rata-rata akan tetap di atas ambang batas US$ 80," katanya.
Pemerintah mengharapkan penundaan kenaikan cukai membantu menjinakkan inflasi, yang meningkat menjadi 6,7% pada bulan September, tercepat dalam hampir satu dekade. Sudah tujuh bulan berturut-turut inflasi meningkat di luar target 2-4% tahun ini.
Inflasi dan perkiraaan inflasi yang akan tetap tinggi pada kuartal terakhir mendorong bank sentral mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga utama.
Bank sentral, yang memiliki dua pertemuan kebijakan tahun ini, memperkirakan inflasi kembali ke dalam target 2%-4% tahun depan.