Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Fintech asal Australia, Afterpay berencana melantai di bursa setelah Amerika Utara menjadi pasar terbesarnya. Fintech yang memberikan layanan paylater ini menambah daftar pemain fintech dunia yang bersiap mencatatkan namanya di papan bursa saat pandemi meningkatkan kinerja mereka.
Sebelumnya, ada perusahaan transaksi pembayaran asal Amerika Serikat Flywire Corp yang bersiap melantai di bursa pada awal musim panas nanti dengan valuasi diperkirakan mencapai US$ 3 miliar. Ada pula perusahaan pembayaran Swedia Trustly yang juga berencana melakukan IPO setelah mencatatkan lonjakan transaksi di masa pandemi hingga US$ 11 miliar.
Dikutip dari Reuters, perusahaan yang berbasis di Melbourne ini akan mencapai valuasi hingga US$ 28,7 miliar meskipun belum pernah mencatatkan keuntungan. Valuasi yang tinggi itu dikarenakan lonjakan belanja online yang didorong oleh virus korona dan ekspansi cepat di pasar luar negeri termasuk Amerika Serikat.
Baca Juga: Ada konglomerat Indonesia di IPO Grab, tiga poros ini bakal bersaing sengit
Merilis hasil kuartal ketiganya pada hari Selasa, Afterpay mengatakan penjualan di Amerika Utara hampir tiga kali lipat, melampaui Australia dan membantu menggandakan nilai total transaksi menjadi A$ 5,2 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Pencatatan di bursa saham akan semakin membuka fintech Australia tersebut ke basis investor yang memberikan bobot lebih besar pada pertumbuhan, dan juga berpotensi memberikan akses yang lebih mudah ke modal untuk mendanai rencana ekspansi.
"Prioritas untuk mengeksplorasi listing di Amerika Serikat (AS) murni pada apakah hal itu memberikan bisnis leverage operasi yang lebih dari perspektif hadir di pasar yang sekarang merupakan segmen penyumbang terbesar dan memberi kami basis investor yang tepat," ungkap Co-CEO Afterpay Nick Molnar seperti dikutip Reuters, Selasa (20/4).