Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Fund manager terbesar di dunia, BlackRock mengambil keuntungan di pasar saham negara-negara yang terkena dampak pandemi virus corona seperti China. Setelah reli kencang, fund manager berencana mengalihkan sebagian dana ke pasar negara berkembang yang dianggap dalam tahap pemulihan.
Gordon Fraser, co-head of global emerging markets equities BlackRock Inc seperti dikutip Bloomberg mengatakan, BlackRock mulai menaruh dana pada saham di negara-negara seperti India, Indonesia, Rusia dan Meksiko yang paling terpukul pandemi virus corona. Ini karena prospek pemulihan ekonomi cukup besar dan sangat fleksibel.
Baca Juga: Resesi ekonomi Singapura tidak berdampak langsung ke ekonomi Indonesia
Menurut Fraser seperti dikutip Bloomberg, negara-negara ini memiliki tingkat utang berkelanjutan, nilai tukar mengambang, serta populasi yang tangguh untuk menghadapi guncangan ekonomi. BlackRock saat ini mengelola dana sekitar US$ 7,3 triliun dalam pada akhir Juni 2020.
BlackRock bersama dengan DWS Group dan HSBC Holdings Plc menunjukkan kinerja saham China yang baru-baru ini unggul menjadi alasan mereka untuk mengambil bagian dalam berinvestasi di negara tersebut.
MSCI China Index telah menguat lebih dari 40% dari level terendah 19 Maret di tengah tanda-tanda pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona. Ini juga berkat dukungan media yang dikelola pemerintah dan beberapa hari terakhir pemerintah China bertindak untuk mendinginkan hiruk pikuk spekulatif.
"Mengurangi anggapan miring menjadi keuntungan sendiri dan mereka telah melakukannya dengan baik," kata Fraser. Fund manager yang berbasis di Hong Kong ini mengelola dana US$ 1,3 miliar mengalahkan 93% rekan-rekan dalam tiga tahun terakhir berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Baca Juga: Menyikapi outlook negatif ekonomi dunia dari IMF
"Kami mengambil bagian cukup besar di China. Dan kami tidak memiliki anggapan negatif. Kami hanya lebih positif pada peluang lain yang belum menikmati peningkatan ekonomi," kata Fraser.
Bahkan saat beberapa fund manager mengurangi eksposur ke saham China. Fraser meningkatkan kepemilikan selama periode Januari-Februari bahkan ketika virus corona mengamuk di China.
Alasan lain kenapa BlackRock tetap bullish pada ekuitas negara berkembang karena kelas aset belum mengungguli rekan-rekan pasarnya yang maju, imbal hasil obligasi tetap rendah dan pendapatan akan pulih. Beberapa saham di negara berkembang selalu mengungguli saham di negara ekonomi maju selama dua tahun setelah pendapatan anggota indeks MSCI EM mencapai titik terendah pada awal 2016.
Baca Juga: Bos BlackRock: Belum terlihat sinyal resesi dalam setahun mendatang
"Dalam enam bulan ke depan, pasar negara berkembang dalam tempat yang baik untuk keluar dari Covid," kata Fraser. Negara berkembang menurut BlackRock adalah penerima manfaat besar kebijakan global.
"Kami mulai memindahkan portofolio saat puncak krisis karena kami percaya akan bangkit kembali," kata Fraser.
Beberapa saham yang dipilih oleh Fraser adalah saham telekomunikasi, utilitas serta sektor defensif lainnya yang diharapkan bisa dalam pemulihan. BlacRock mengurangi saham di Turki karena kondisi lintasan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan cukup berisiko.
Salah satu risiko yang Fraser perhatikan dari Turki adalah kredit di AS seperti meningkatnya wanprestasi, yang mungkin berakibat pada pasar negara berkembang lainnya. Fraser juga berhati-hati di Brasil karena memiliki salah satu posisi fiskal yang lebih menantang di pasar negara berkembang.
Baca Juga: CEO Blackrock melihat pasar ekuitas akan bergerak lebih tinggi pada tahun 2020
Tetapi peluang dapat ditemukan di sektor energi dan bahan baku. Fraser juga mengurangi ekuitas di Taiwan dan Korea Selatan karena sudah mengungguli dan tidak menawarkan peluang bottom-up yang menarik.