Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Olimpiade benar-benar menyedot perhatian seluruh warga China. Tak terkecuali, Olimpiade juga telah mencuri perhatian para investor di bursa China. Akibatnya, transaksi saham di bursa China semakin sepi. Bahkan, Selasa lalu (12/8), indeks saham CSI 300 merosot ke titik terendahnya dalam 18 bulan terakhir. Akibatnya, CSI 300 menjadi indeks dengan kinerja terburuk di antara 88 indeks saham di dunia yang masuk pantauan Bloomberg.
Hari itu, indeks CSI terjatuh ke level 2444,16, dengan volume transaksi 2,58 miliar. Volume transaksi ini juga yang terendah selama 21 bulan terakhir. Kalau dihitung sejak Jumat lalu (8/8), ketika Olimpiade dimulai, hingga Selasa lalu, indeks CSI sudah turun 12%. Sebagai catatan, CSI mencakup saham-saham kelas A yang terdaftar di bursa Shanghai maupun Shenzhen.
Kinerja yang buruk selama Olimpiade itu membuat CSI 300 makin terpuruk. Sejak awal tahun hingga hari ini(13/8), indeks ini sudah longsor 54,2%. Selain faktor Olimpiade, daya tarik bursa saham China sendiri memang makin memudar. Soalnya, tren bearish (lesu) tengah melanda saham-saham China. Maklum saja, sejumlah langkah pemerintah China untuk mencukur inflasi tak menguntungkan para emiten saham. Sudah begitu, keuntungan dari investasi saham juga berkurang lantaran pasar khawatir terjadi kelebihan pasokan saham baru.
"Antusiasme orang atas saham telah turun dengan dramatis. Investor keluar dari saham karena mereka kecewa. Kenaikan yang mereka idam-idamkan sejak lama ternyata tidak terwujud selama Olimpiade," kata Fan Dizhou, yang membantu mengelola dana di Guotai Asset Management Co.
Menurut data Bloomberg, Selasa kemarin (12/8), nilai transaksi saham di kedua bursa utama China itu merosot menjadi 48,4 miliar yen atau US$ 7,1 miliar. Ini merupakan nilai transaksi terendah sejak Oktober tahun 2006. Padahal, rata-rata transaksi harian di kedua bursa itu selama 12 bulan terakhir mencapai 149,8 miliar yen. "Pasar akan melambat selama Olimpiade sebab orang sibuk menonton," kata Daphne Roth, Kepala Riset ABN Amro Singapura.