Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
SAN FRANCISCO. Laporan keuangan kuartal ketiga memperlihatkan kinerja Google Inc melambat. Hijrah pengguna internet ke smartphone sampai perusahaan jor-joran berekspansi, menjadikan kinerja Google meleset dari ekspektasi pasar.
Setelah menghitung rugi investasi dari melepas Motorola Mobility pada Lenovo Group Ltd, Google mengantongi laba bersih US$ 2,81 miliar atau US$ 4,09 per saham di periode Juli-September.
Realisasi laba ini lebih sedikit 5,4% dibanding pencapaian setahun sebelumnya di US$ 2,97 miliar. Tanpa transaksi khusus lain-lain, Google mencapai laba US$ 6,35 per saham, masih lebih rendah ketimbang perkiraan pasar di US$ 6,53.
Laba tersebut ditopang pendapatan US$ 13,2%. Namun, biaya operasional perusahaan berbasis Mountain View, California ini meloncat menjadi 37% terhadap pendapatan, dibanding setahun sebelumnya dengan porsi 33%.
Pendapatan dari iklan di website masih naik 20%. Namun, lebih lambat ketimbang sebelumnya yang tumbuh 23%. Ketika pengguna internet lebih sering menggunakan smartphone ketimbang desktop, pendapatan yang dikantongi Google lebih sedikit, lantaran biaya iklan di ponsel lebih kecil.
Penurunan jumlah klik atas iklan di website yang melambat jadi 17% makin menekan kinerja, terlebih setelah Google menurunkan harga iklan 2%. Meski begitu, Google masih menjadi destinasi iklan terbesar di internet.
"Google banyak mendapat tambahan traffic di Indonesia, Turki dan tempat lainnya, yang pasar iklan di sana tak berkembang secepat itu," kata Martin Pyykkonen, Analis di Rosenblatt Securities Inc, New York. Kawasan negara berkembang saat ini lebih banyak mengakses internet lewat smartphone.
Manajemen Google santai melihat kinerja dan biaya iklan yang fluktuatif. "Ini terjadi begitu kami meningkatkan harga di mobile dan berimbas pada klik dengan kualitas rendah," kata Patrick Pichette, Direktur Financial Google.
Perusahaan yang dipimpin CEO Larry Page ini meningkatkan biaya akuisisi menjadi US$ 4,2 miliar dan merekrut 3.000 karyawan baru di kuartal ketiga. "Kami berinvestasi, dengan antusias," kata Pichete. Biaya penambahan tenaga kerja dan pengembangan riset membengkak sampai 50%.