Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Pada Sabtu (1/5/2021), India mencatat lebih dari 400.000 kasus Covid-19 baru untuk pertama kalinya ketika gelombang kedua corona kian memburuk. Upaya vaksinasi besar-besaran baru negara itu terhambat di sejumlah daerah akibat kekurangan suntikan.
Reuters memberitakan, pihak berwenang India melaporkan 401.993 kasus baru dalam 24 jam sebelumnya, setelah 10 hari berturut-turut mencatat lebih dari 300.000 kasus harian. Tak hanya itu, data Kementerian Kesehatan federal menunjukkan, angka kematian melonjak 3.523 kasus, menjadikan total korban yang meninggal akibat Covid-19 di negara itu mencapai 211.853.
Lonjakan infeksi telah membanjiri rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium, serta membuat banyak keluarga berebut untuk mendapatkan obat-obatan langka dan oksigen. Sementara itu, meski India adalah produsen vaksin Covid-19 terbesar di dunia, negara ini mengalami kekurangan suntikan di beberapa negara bagian sehingga menghambat pelaksanaan vaksinasi untuk semua orang dewasa.
Melansir Reuters, seorang pejabat senior kesehatan negara bagian membisikkan, negara bagian Benggala Barat tidak dapat memulai proses vaksinasi yang ditujukan untuk orang dewasa berusia antara 18 dan 45 tahun karena kekurangan suntikan. Mereka mendesak pemerintah federal untuk menyediakan lebih banyak pasokan.
Baca Juga: Kasus corona melonjak, Amerika Serikat batasi perjalanan dari India mulai 4 Mei
Arvind Kejriwal, kepala menteri negara bagian Delhi yang terpukul paling parah, pada hari Jumat mendesak warga untuk tidak mengantri di pusat vaksinasi. Dia menjanjikan lebih banyak vaksin akan tiba secepatnya.
Negara bagian Odisha Timur mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya telah menerima kiriman 150.000 vaksin. Akan tetapi, vaksin ini hanya akan diberikan kepada segelntir orang karena pembatasan penguncian untuk mencegah pergerakan.
Di Ahmedabad, kota komersial utama di negara bagian asal Perdana Menteri Narendra Modi di Gujarat, ratusan orang berbaris untuk mendapatkan vaksin.
Baca Juga: Penggali kubur di Mumbai bekerja shift 24 jam, tak pernah libur setahun terakhir
"Saya mengambil dosis pertama saya dan saya mengimbau semua siswa untuk mendapatkan vaksin dan aman," kata Raj Shah, seorang siswa berusia 27 tahun di kota itu.
India telah menerima 150.000 dosis vaksin Sputnik-V dari Rusia dan jutaan dosis lagi akan menyusul, kata juru bicara kementerian luar negeri India pada hari Sabtu.
Delhi masih mencekam
Kekurangan oksigen telah mengganggu sistem kesehatan India.
Reuters memberitakan, di Rumah Sakit Batra New Delhi, media lokal melaporkan bahwa delapan orang termasuk seorang dokter meninggal pada hari Sabtu setelah fasilitas tersebut kehabisan oksigen.
"Delhi membutuhkan 976 ton oksigen dan kemarin hanya diberikan 312 ton oksigen. Bagaimana Delhi menghirup oksigen serendah itu?" tulis Pimpinan Menteri Kejriwal di akun Twitter miliknya.
Saat sidang pada hari Sabtu, pengadilan tinggi Delhi mencatat angka kematian di Rumah Sakit Batra dan mengatakan kepada pemerintah federal untuk mengatur alokasi pasokan oksigen yang akan diberikan ke Delhi.
Baca Juga: Lagi, India mencatat rekor kenaikan harian kasus corona
"Cukup sudah, cukup," kata Hakim Vipin Sanghi.
Penasihat pemerintah federal mengatakan kepada pengadilan: "Kami melakukan semaksimal mungkin untuk mencapai batas kemampuan manusia."
Sementara itu, pasien virus corona yang putus asa terus berdatangan di rumah sakit meskipun di sana kekurangan tempat tidur.
Vijay Gupta, 62 tahun, ditolak oleh Rumah Sakit Keluarga Suci, sebuah fasilitas swasta nirlaba di tenggara ibukota, karena semua dari 385 tempat tidurnya sudah penuh. Padahal dirinya mengalami sesak napas.
Baca Juga: Makin ngeri! Kasus harian virus corona di India tembus 400.000
Keluarga dan teman-temannya memperdebatkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Kami sudah berkeliling sejak jam 6 pagi untuk mencari rumah sakit," kata Rajkumar Khandelwal, teman Gupta. "Kemana lagi kita akan pergi?"
Sementara itu, Pemerintah Delhi mengatakan akan memperpanjang masa penguncian sebanyak tujuh hari lagi sejak diberlakukan pertama kali pada 19 April selama seminggu.
Tanda peringatan diabaikan
Infeksi harian corona di India melonjak sejak awal April. Beberapa ahli menyalahkan pertemuan keagamaan massal dan kampanye politik atas parahnya gelombang kedua India, yang membuat pemerintah tidak siap.
Mengutip Reuters, sebuah forum penasihat ilmiah yang dibentuk oleh pemerintahan Modi memperingatkan para pejabat pada awal Maret tentang varian baru dan lebih menular yang terjadi di negara itu.
Empat ilmuwan mengatakan, meskipun ada peringatan, pemerintah federal tidak berusaha untuk memberlakukan pembatasan besar untuk menahan penyebaran virus. Jutaan orang, sebagian besar tanpa masker, menghadiri pertemuan keagamaan dan kampanye pemilihan yang diadakan oleh Modi, pemimpin Partai Bharatiya Janata yang berkuasa dan politisi oposisi.
Baca Juga: Penggali kubur di Mumbai kewalahan akibat korban meninggal Covid-19 terus bertambah
Presiden AS Joe Biden pada hari Jumat melarang sebagian besar perjalanan dari India dalam batasan yang akan berlaku mulai Selasa.
Negara dan wilayah lain juga telah memberlakukan pembatasan perjalanan dari India, termasuk Australia, Inggris, Jerman, Italia, dan Singapura. Adapun Kanada, Hong Kong dan Selandia Baru telah menangguhkan semua perjalanan komersial dengan India.