Sumber: Bloomberg | Editor: Rizki Caturini
WASHINGTON. Pemerintah AS ingin menarik repatriasi modal yang disimpan di luar negeri. Perkiraan dana yang bisa terkumpul dari repatriasi modal ini sekitar US$ 1,37 triliun. Umumnya dana itu berasal dari para pengusaha perusahaan multinasional AS.
Dengan adanya rencana itu, para pengusaha AS berkumpul untuk mencoba melobi senat untuk meminta keringanan pajak. Data Bloomberg menunjukan, pemimpin Forbes merupakan satu dari jajaran lebih dari 160 pelobi yang terdaftar. Selain Apple Inc. dan Cisco System Inc., Google Inc. pun bergabung dalam tim ini.
Sebanyak 60 pelobi di dalam kelompok itu merupakan anggota senat atau parlemen. Mereka bertugas membujuk kongres agar memberi keringanan pajak bagi perusahaan sehingga tidak sampai memangkas laba perusahaan.
Namun, studi independen telah menunjukkan, langkah serupa telah dilakukan pada 2004 di AS dan ternyata tak berpengaruh banyak untuk menggenjot investasi domestik. Sebagian besar dana hanya digunakan untuk membeli saham kembali.
"Hal ini melibatkan banyak pihak dan cenderung lebih kepada kepentingan korporat ketimbang untuk kepentingan publik," ujar James A. Thurber Director of Center for Congressional and Presidential Studies di American University, Washington.
JPMorgan Chase & Co. menyatakan, dana yang berada di luar negeri sebesar US$ 1,37 triliun itu selama ini tidak dikenakan pajak. Nah, jika dana mereka dipulangkan ke AS, maka mereka harus membayar pajak sebesar 35%. Isu besaran pajak inilah yang mencoba mereka lobi kepada senat.
Lobi ini memanfaatkan momentum dalam beberapa bulan ini yang menjadi pembicaraan hangat di senat mengenai usulan beberapa tokoh Demokrat untuk mempertimbangkan adanya tax holiday. Namun, pemerintahan Obama telah mengatakan untuk menentang usulan ini, merujuk pengalaman hal serupa pada 2004.
Namun, iba telah menerima usulan keringanan pajak pada beberapa perusahaan di sektor terntentu seperti minyak dan gas. Selain itu, ia juga menerima usulan perubahan sistem perpajakan dari Warren Buffett.