Sumber: BBC,Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON. Gubernur Bank of England, Andrew Bailey, memperingatkan bahwa kebangkrutan dua perusahaan asal Amerika Serikat (AS) bisa menjadi tanda masalah yang lebih luas di sistem keuangan global. Ia menyebut peristiwa ini sebagai “alarm” yang patut diwaspadai.
Dalam rapat dengan Komite House of Lords, Bailey menegaskan pentingnya menyikapi secara serius kegagalan dua perusahaan tersebut, pemasok suku cadang mobil First Brands dan pemberi pinjaman mobil subprime Tricolor. Ia bahkan menarik perbandingan dengan krisis keuangan global tahun 2008.
“Kita belum tahu apakah ini hanya kasus terpisah, atau justru ibarat ‘kanari di tambang batubara’,” ujarnya, merujuk pada istilah yang menggambarkan tanda bahaya dini dalam sistem keuangan.
Baca Juga: Bank of England Pangkas Suku Bunga Jadi 4%, Peringatkan Inflasi Akibat Harga Makanan
Bailey menambahkan bahwa Bank of England berencana melakukan uji ketahanan (stress test) terhadap perusahaan ekuitas swasta dan lembaga kredit untuk menilai sejauh mana sektor tersebut mampu bertahan dari tekanan pasar.
Kebangkrutan First Brands dan Tricolor memicu kekhawatiran soal kualitas transaksi di pasar kredit swasta, yaitu sektor di mana perusahaan memperoleh pinjaman dari lembaga nonbank.
Bailey mengakui masih banyak hal yang belum diketahui tentang kedua perusahaan itu, namun menekankan perlunya kewaspadaan tinggi.
“Saya tidak ingin terdengar terlalu pesimistis, tapi kita harus bertanya: apakah ini sekadar kasus unik, atau sinyal dari masalah yang lebih mendasar di sektor keuangan swasta?” katanya.
Baca Juga: Bank of Japan (BOJ) Siap Naikkan Suku Bunga, Tapi Tetap Waspadai Risiko Global
Bailey juga menyoroti praktik pinjam-meminjam di pasar kredit swasta yang kini mulai menunjukkan pola seperti sebelum krisis 2008, yakni pembagian dan pengemasan ulang struktur pinjaman (slicing and dicing).
“Jika Anda terlibat di masa sebelum krisis keuangan dulu, tanda bahaya pasti mulai terdengar di titik ini,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa menjelang krisis 2008, banyak pihak salah menilai risiko kredit perumahan subprime yang dianggap “terlalu kecil untuk berdampak sistemik”. “Itu ternyata penilaian yang keliru,” tambahnya.
Peringatan senada juga datang dari CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon. Ia menilai kegagalan dua perusahaan AS itu bisa menjadi pertanda akan adanya kasus serupa lainnya.
“Telinga saya langsung siaga saat hal seperti itu terjadi,” kata Dimon kepada para analis. “Mungkin saya tak seharusnya mengatakannya, tapi kalau Anda melihat satu kecoa, biasanya masih ada yang lain.”
Baca Juga: IMF Peringatkan Bank of England untuk Berhati-hati dalam Menurunkan Suku Bunga
Dalam kesempatan yang sama di hadapan komite, Wakil Gubernur Bank of England untuk Stabilitas Keuangan, Sarah Breeden, menegaskan bahwa pihaknya akan meneliti lebih dalam sektor keuangan swasta.
“Kami melihat adanya kerentanan di sini,” ujarnya. “Kami juga bisa melihat kemiripan dengan situasi sebelum krisis keuangan global.”