kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Hacker China Curi Uang Bantuan COVID-19 AS senilai Puluhan Juta Dolar


Selasa, 06 Desember 2022 / 08:24 WIB
Hacker China Curi Uang Bantuan COVID-19 AS senilai Puluhan Juta Dolar
ILUSTRASI. Secret Service, pada Senin (5/12/2022) mengatakan, peretas asal China telah mencuri bantuan COVID-19 AS senilai puluhan juta dolar sejak 2020. KONTAN/Muradi


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Secret Service, pada Senin (5/12/2022) mengatakan, peretas asal China telah mencuri bantuan COVID-19 AS senilai puluhan juta dolar sejak 2020.

Melansir Reuters, Secret Service menolak untuk memberikan perincian tambahan. Akan tetapi, Secret Service mengkonfirmasi sebuah laporan oleh NBC News yang mengatakan tim peretas China yang dilaporkan bertanggung jawab dikenal dalam komunitas riset keamanan sebagai APT41 atau Winnti.

Menurut para ahli, APT41 adalah kelompok penjahat dunia maya yang produktif yang telah melakukan perpaduan antara intrusi dunia maya yang didukung pemerintah dan pembobolan data bermotivasi finansial.

Beberapa anggota grup peretas didakwa pada 2019 dan 2020 oleh Departemen Kehakiman AS karena memata-matai lebih dari 100 perusahaan, termasuk perusahaan pengembangan perangkat lunak, penyedia telekomunikasi, perusahaan media sosial, dan pengembang video game.

Baca Juga: Kota-kota di China Melonggarkan Pembatasan, Kebijakan Nol-COVID Semakin Jauh

"Sayangnya, Partai Komunis China telah memilih jalan yang berbeda untuk membuat China aman bagi penjahat dunia maya selama mereka menyerang komputer di luar China dan mencuri kekayaan intelektual yang berguna bagi China," kata mantan Wakil Jaksa Agung Jeffrey Rosen saat itu.

Kedutaan China di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×