Sumber: Reuters | Editor: Rizki Caturini
SHANGHAI. Perusahaan kargo Hanjin Shipping Co Ltd asal Korea Selatan mengumumkan kebangkrutan pada bulan lalu. Perusahaan ini harus berjuang sendiri mencari jalan keluar untuk membayar utang-utang dan mengurus kargo yang terbengkalai di banyak tempat.
Pemerintah Korea Selatan menyerahkan seluruh proses kepada pengadilan niaga. Pemerintah maupun bank sentral tidak akan memberi suntikan dana langsung kepada Hanjin. Sejauh ini, pemerintah hanya mengatur dan memastikan penyebaran kapal pengganti yang tadinya dilalui kapal Hanjin, untuk meminimalisir efek dari kebangkrutan perusahaan ini.
Sebanyak 63 armada kapal milik Hanjin yang seharga US$ 1,76 miliar menurut estimasi lembaga penilai VesselsValue, masih belum cukup menutup utang Hanjin yang sebesar US$ 5,5 miliar. Hanjin juga menyewa sekitar 78 kapal untuk operasional.
Sekitar 2/3 kapal tidak beroperasi secara penuh, termasuk sejumlah kapal disita atau dilarang masuk pelabuhan karena tidak ada ketidakpastian pembayaran seiring kebangkrutan perusahaan ini. Hanjin butuh setidaknya US$ 100 juta untuk membayar kargo dan regulasi bongkar angkut di seluruh rute operasionalnya.
Pembicaraan tentang nasib aset-aset Hanjin pun masih kabur. Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Development Bank (KDB) membahas penggabungan usaha dengan Hyundai Merchant Marine (HMM), namun pembicaraan itu tidak menemukan titik temu.
KDB yang juga kreditur utama HMM, bersedia untuk mengakuisisi aset milik Hanjin jika langkah ini masuk akal secara bisnis. "Ini juga tergantung pada hasil proses dari kurator nanti," ujar juru bicara KDB.
Yang jelas, saat ini KDB sdan HMM edang mempertimbangkan cara-cara untuk menyelamatkan aset Hanjin. Namun, HMM saat ini lebih fokus untuk mendukung pemilik kargo untuk meminimailis efek dari kebangkrutan Hanjin terlebih dahulu.