kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,51   5,16   0.56%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga barang grosir Jepang naik 4,9% yoy, tertinggi dalam 13 tahun terakhir


Kamis, 10 Juni 2021 / 12:26 WIB
Harga barang grosir Jepang naik 4,9% yoy, tertinggi dalam 13 tahun terakhir
ILUSTRASI. ekonomi Jepang


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga barang grosir Jepang bulan Mei 2021 naik 4,9% secara tahunan (yoy). Ini menandai kenaikan terbesar dalam 13 tahun terakhir. 

Kenaikan harga grosir tersebut menunjukkan bahwa biaya komoditas yang lebih tinggi dapat memukul perusahaan yang perlahan bangkit dari kesakitan akibat pandemi Covid-19.

Mengutip Reuters, kenaikan indeks harga barang perusahaan (CGPI) melebihi prediksi pasar yang memperkirakan naik 4,5% untuk mengikuti kenaikan 3,8% pada bulan April. Ini adalah peningkatan tahunan terbesar sejak September 2008.

"Naiknya harga komoditas yang mencerminkan pemulihan ekonomi global mendorong harga grosir untuk berbagai macam barang," kata Shigeru Shimizu, kepala divisi statistik harga Bank of Japan (BOJ), Kamis (10/6).

Baca Juga: SoftBank gandeng DoorDash untuk buka cabang di Jepang

Sebagai informasi, harga minyak dan batubara melonjak 53,5% yoy di Mei. Sementara untuk harga logam bukan besi juga naik 41,6% yoy. Ini dampak dari permintaan yang kuatnya di AS dan China sehingga mendorong biaya bahan baku.

“Harga kayu juga naik 9,7% dan mencerminkan kekurangan bahan baku serta meningkatnya permintaan di seluruh dunia,” tambah Shimizu.

Kenaikan biaya akan memicu margin bagi banyak perusahaan termasuk pengecer yang masih belum pulih dari pembatasan keadaan darurat yang diterapkan untuk mencegah penyebaran pandemi.

Di sisi lain, perusahaan juga berhati-hati dalam membebankan biaya yang lebih tinggi kepada rumah tangga. Harga konsumen inti turun 0,1% pada April menandai penurunan sembilan bulan berturut-turut sebagai tanda permintaan domestik yang lamban dan membuat perusahaan enggan menaikkan harga.

Selanjutnya: Kena serangan siber, anak usaha produsen daging terbesar di dunia bayar US$ 11 juta




TERBARU

[X]
×