kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kena serangan siber, anak usaha produsen daging terbesar di dunia bayar US$ 11 juta


Kamis, 10 Juni 2021 / 12:00 WIB
Kena serangan siber, anak usaha produsen daging terbesar di dunia bayar US$ 11 juta
ILUSTRASI. Produsen daging terbesar di dunia JBS SA, induk usaha dari JBS USA


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. JBS USA, anak usaha dari perusahaan Brasil JBS SA, mengumumkan telah membayar uang tebusan hingga US$ 11 juta dalam serangan siber yang mengganggu sebagian besar operasionalnya di kawasan Amerika Utara dan Australia.

Mengutip Reuters, produsen daging terbesar di dunia itu menghentikan operasi pabrik daging di AS dan Kanada sejak minggu lalu. Hal ini dilakukan setelah serangan siber yang mengancam akan mengganggu rantai pasokan makanan dan menaikkan harga makanan.

Perusahaan menambahkan, saat ini pihak ketiga sedang melakukan penyelidikan forensik dan tidak ada kesimpulan yang dibuat. Hanya saja, perusahaan memastikan tidak ada data perusahaan, pelanggan atau karyawan yang dirugikan dalam serangan tersebut. 

Salah satu sumber menyebutkan bahwa yang bertanggungjawab dalam peretasan tersebut adalah sebuah kelompok hacker yang terkait dengan Rusia. Geng siber yang terkait dengan Rusia itu bernama REvil dan Sodinokibi dianggap menjadi dalang dalam serangan siber ini.

Baca Juga: Pemerintah AS berhasil dapatkan bitcoin US$ 2,3 juta dari peretas Colonial Pipeline

Sekedar mengingatkan, peristiwa ini bukan menjadi serangan siber pertama di tahun ini. Bulan lalu, sebuah kelompok yang juga memiliki hubungan dengan Rusia melakukan peretasan terhadap Colonial Pipeline, perusahaan pipa bahan bakar terbesar di Amerika Serikat, yang akhirnya mengganggu pengiriman bahan bakar di kawasan East Cost AS selama beberapa hari. 

Direktur FBI Christopher Wray mengatakan, pekan lalu badan tersebut sedang menyelidiki sekitar 100 jenis ransomware yang berbeda, banyak di antaranya melacak kembali ke orang-orang yang tinggal di Rusia.

Selanjutnya: Soal tuduhan ransomware oleh AS, Putin: Sangat tidak masuk akal



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×