Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Sempat stabil di US$ 38.000 sejak Minggu (30/1), harga Bitcoin langsung merosot tajam ke level US$ 36.000 pada Senin (31/1). Ini proyeksi JPMorgan hingga akhir tahun.
Mengacu data CoinMarketCap pada Senin (31/1) pukul 12.30 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 36.927,74 atau turun 3,41% dalam 24 jam terakhir.
JPMorgan pun merampingkan prediksi harga jangka panjang mereka untuk Bitcoin setelah harga mata uang kripto terbesar di dunia dari sisi market cap ini kehilangan 50% dalam dua bulan belakangan.
Melansir Business Insider, JPMorgan secara drastis memangkas target harga jangka panjang untuk Bitcoin. Menurut mereka, sifat boom-or-bust BTC yang bergejolak akan menghambat adopsi yang meluas oleh investor blue-chip.
"Proyeksi kami sebelumnya, rasio volatilitas Bitcoin terhadap emas akan turun menjadi sekitar dua kali di akhir tahun ini tampaknya tidak realistis," kata JPMorgan.
Baca Juga: Efek The Fed Memudar, Harga Bitcoin, Shiba Inu, dan Kripto Lain Bangkit Lagi
"Nilai pasar wajar kami untuk BTC berdasarkan rasio volatilitas Bitcoin terhadap emas sekitar empat kali akan menjadi seperempat dari US$ 150.000, atau US$ 38.000," sebut JPMorgan.
"Tantangan terbesar untuk Bitcoin ke depan adalah volatilitasnya dan siklus boom dan bust yang menghambat adopsi institusional lebih lanjut,” imbuh JPMorgan.
Kembali ke November tahun lalu, ketika Bitcoin menyentuh level tertinggi US$ 69.000, analis JPMorgan Nikolaos Panigirtzoglou memperkirakan, BTC akan mencapai US$ 150.000 di akhir 2022 karena investor mencari lindung nilai terhadap inflasi.
“Daya tarik Bitcoin sebagai lindung nilai inflasi mungkin telah diperkuat oleh kegagalan emas untuk merespons dalam beberapa pekan terakhir, meningkatkan kekhawatiran atas inflasi,” kata JPMorgan.
Sekarang, JPMorgan menyebutkan, Bitcoin mungkin melihat penurunan lebih lanjut karena belum menunjukkan tanda-tanda koreksi yang terjadi saat ini telah berakhir.