Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin pada Selasa (8/2) menembus US$ 44.000, level yang tak pernah terlihat sejak awal Januari lalu. Pemegang BTC jangka pendek pun mendekap keuntungan untuk pertama kali semenjak akhir November tahun lalu.
Mengacu data CoinMarketCap pada Selasa (8/2) pukul 10.45 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 44.021,29 atau naik 2,97% dibanding posisi 24 jam sebelumnya dan melonjak 14,32% dalam sepekan terakhir
Harga Bitcoin mendapat dorongan lagi pada Senin (7/2) setelah kenaikan harga lebih dari 11% pada Jumat (4/2) pekan lalu. Bitcoin terakhir kali naik lebih dari 11% dalam periode 24 jam adalah pada Juni tahun lalu, menurut data dari TradingView dan Bitstamp.
CoinDesk melaporkan, sekitar US$ 71 juta mengalir ke dana yang berfokus pada Bitcoin minggu lalu, jumlah terbesar sejak awal Desember tahun lalu.
Baca Juga: Dalam Tren Menanjak, Harga Bitcoin Bisa US$ 200.000 di Tengah Tahun Ini
Ketika harga Bitcoin naik, koin yang dimiliki oleh pemegang jangka pendek (STH) menghasilkan keuntungan agregat untuk pertama kalinya sejak akhir November tahun lalu, berdasarkan data perusahaan blockchain Glassnode.
Sejak Maret 2020, pasar telah berhasil "menembus uptrend bullish" setelah pemegang jangka pendek Bitcoin masuk ke profitabilitas, Glassnode menulis dalam buletinnya pada Senin (7/2).
Menurut perusahaan riset FSInsight, Bitcoin menjadi semakin berkorelasi dengan saham menjelang akhir kuartal keempat tahun lalu, dan jatuh ketika dihadapkan dengan prospek pengetatan bank sentral.
Korelasi menjadi lebih jelas dengan Bitcoin dan pasar kripto dengan saham teknologi karena “pasar modal lama memasuki flip,” kata Sean Farrell, Head of Digital Asset Strategy FSInsight, dalam catatan berjudul Aset Digital di Dunia Pasca-Siklus, seperti dikutip CoinDesk.
Namun, Bitcoin masih raja, menurut Farrell, dan harga mata uang kripto terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar ini bisa mencapai US$ 200.000 pada paruh kedua tahun ini, menyusul awal yang berombak.