Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas menyentuh rekor tertinggi masa pada Rabu (16/4) karena dolar yang lebih lemah dan meningkatnya ketegangan perdagangan. Selain itu, kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global meningkatkan permintaan untuk emas batangan sebagai aset safe haven.
Mengutip Reuters, Rabu (16/4), harga emas spot naik 1,3% menjadi US$ 3.270,12 per ons, pada pukul 03.19 GMT. Harga emas mencapai puncak US$ 3.275,20 per ons di awal sesi.
Harga emas berjangka AS naik 1,4% menjadi US$ 3.286,30.
"Pertemuan sejumlah faktor seperti depresiasi dolar dan penghindaran risiko yang terus berlanjut menguntungkan emas," kata Tim Waterer, kepala analis pasar di KCM Trade.
Baca Juga: Harga Emas Diprediksi Melonjak 71% pada 2025, Peluang Investasi Menjanjikan?
Indeks dolar turun 0,4% terhadap mata uang lainnya, membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Ketegangan perdagangan antara AS dan China semakin meningkat, Nvidia pada Selasa (15/4) mengatakan akan mengambil biaya sebesar US$ 5,5 miliar setelah pemerintah AS membatasi ekspor chip kecerdasan buatan H20 ke China.
Selain itu, China memerintahkan maskapai penerbangannya untuk tidak menerima pengiriman pesawat Boeing lagi sebagai tanggapan atas tarif 145% yang dikenakan AS pada barang-barang China.
"Emas akan terus menguat selama masih ada ketidakpastian," kata Brian Lan, direktur pelaksana di dealer GoldSilver Central yang berbasis di Singapura.
Emas, yang secara tradisional dipandang sebagai investasi yang aman selama masa ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, telah mencapai beberapa rekor tertinggi tahun ini dan naik lebih dari 24% sejauh ini pada tahun 2025.
Baca Juga: Harga Emas Antam Melonjak Rp 20.000 Jadi Rp 1.916.000 Per Gram Hari Ini (16/4), Rekor
"Kami yakin pembelian emas yang tidak berisiko belum meningkat," kata analis di ANZ.
Ia menaikkan perkiraan harga emas akhir tahun bank menjadi US$ 3.600 per ons troi dan perkiraan enam bulan menjadi US$ 3.500 per ons troi.
Kini, investor menanti data penjualan ritel AS, yang akan dirilis hari ini, yang akan menjadi pertimbangan panduan tentang ekonomi dan arah kebijakan moneter Federal Reserve.