Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Harga emas turun di awal perdagangan karena laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan mendinginkan ekspektasi pemotongan suku bunga dari Federal Reserve.
Di sisi lain, optimisme atas meredanya ketegangan perdagangan antara AS-China membebani permintaan emas sebagai aset safe haven.
Senin (9/6) pukul 08.15 WIB, harga emas spot turun 0,2% ke level US$ 3.303,19 per ons troi. Harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Agustus 2025 turun 0,7% menjadi US$ 3.323,4 per ons troi.
Sentimen yang membayangi harga emas datang setelah tiga pembantu utama Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan rekan-rekan mereka dari China di London pada hari Senin untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan antara dua ekonomi terbesar yang telah membuat pasar global gelisah.
Di sisi lain, perekonomian AS menambah 139.000 lapangan kerja pada bulan Mei, melampaui ekspektasi analis, sementara tingkat pengangguran tidak berubah pada 4,2%, kata Departemen Tenaga Kerja.
Pertumbuhan upah juga melampaui perkiraan, sehingga meredam kemungkinan pemangkasan suku bunga yang akan segera terjadi.
Baca Juga: Harga Emas Antam Tak Bergerak di Rp 1.904.000 Per Gram Pada Hari Ini 9 Juni 2025
Investor telah mengurangi taruhan pada pemangkasan suku bunga, dan kini mengantisipasi satu pemangkasan pada bulan Oktober.
Sementara itu, Trump mengatakan bahwa keputusan mengenai ketua Federal Reserve berikutnya akan segera diumumkan, seraya menambahkan bahwa "ketua Fed yang baik" akan menurunkan suku bunga.
Indeks dolar AS sedikit naik, membuat emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
Di bidang geopolitik, perintah Trump yang melarang warga negara dari 12 negara memasuki AS mulai berlaku pada hari Senin.
Di sisi lain, Rusia menyatakan pada hari Minggu bahwa pasukannya telah maju ke tepi wilayah Dnipropetrovsk Ukraina di tengah ketegangan atas pembicaraan damai dan pemulangan jenazah tentara.
Emas, yang sering dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik, dapat menghadapi tekanan dari suku bunga yang lebih tinggi, yang mengurangi daya tariknya sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil.