Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga konsumen di Australia melonjak jauh melebihi perkiraan pada Juli, dipicu lonjakan harga listrik akibat penjadwalan ulang rebate pemerintah, yang menambah volatilitas data inflasi tahun ini.
Data Biro Statistik Australia (ABS) pada Rabu (27/8/2025) menunjukkan, Indeks Harga Konsumen (CPI) bulanan naik 2,8% dibandingkan tahun sebelumnya, meningkat dari 1,9% pada Juni dan jauh di atas perkiraan median 2,3%. CPI bulanan naik 0,9% dibanding Juni.
Baca Juga: Pro-Palestina, Warga Australia Gelar Aksi Serentak Turun ke Jalan di 40 Kota
Inflasi inti dengan metode trimmed mean tercatat 2,7% secara tahunan pada Juli, naik dari 2,1% pada Juni. Sementara ukuran yang mengecualikan komponen volatil dan perjalanan liburan naik menjadi 3,2%, dibanding 2,5% sebelumnya.
Lonjakan CPI didorong oleh harga listrik yang naik 13% pada Juli, karena rumah tangga di New South Wales dan Australian Capital Territory tidak menerima rebate listrik dari pemerintah federal pada bulan tersebut.
“Ini berarti rumah tangga tersebut menghadapi biaya listrik lebih tinggi di Juli. Selain itu, harga juga naik karena peninjauan harga listrik tahunan mulai berlaku,” kata Michelle Marquardt, kepala statistik harga. Rebate akan diberikan pada Agustus.
Dolar Australia sedikit menguat di atas 65 sen, sementara kontrak obligasi tiga tahun turun 4,5 tick ke 96,55, level terendah dalam tiga minggu.
Baca Juga: Regulator Perbankan Australia Ingatkan Kenaikan Risiko Serangan Siber
Meski demikian, investor tetap percaya Bank Sentral Australia (RBA) akan menurunkan suku bunga berikutnya pada November.
RBA telah menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya bulan ini dan membuka kemungkinan pelonggaran kebijakan lebih lanjut, dengan kecepatan disesuaikan berdasarkan data ekonomi yang masuk.
RBA memperkirakan inflasi umum akan naik menjadi 3,1% pada pertengahan tahun depan saat rebate listrik berakhir, sementara inflasi inti diperkirakan tetap sekitar 2,6%.
Laporan juga menunjukkan sewa naik 3,9% dalam 12 bulan hingga Juli, pertumbuhan tahunan terendah sejak akhir 2022, sementara harga pakaian dan alas kaki melonjak 1,7% pada bulan tersebut.