kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Ambles Dalam Sepekan, Ketidakpastian Akibat Omicron Jadi Biang Keladi


Minggu, 19 Desember 2021 / 06:21 WIB
Harga Minyak Ambles Dalam Sepekan, Ketidakpastian Akibat Omicron Jadi Biang Keladi
ILUSTRASI. Dalam sepekan, harga minyak Brent anjlok 2,6% dan WTI ambles 1,3%


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup melemah pada akhir pekan dan membuatnya mengalami koreksi sepanjang minggu ini. Sentimen utama bagi harga minyak dalam sepekan datang dari melonjaknya kasus varian virus corona Omicron yang menimbulkan kekhawatiran bahwa pembatasan baru dapat menekan permintaan bahan bakar.

"Ada kekhawatiran tentang Covid-19 yang tidak akan hilang, dan persepsi yang dapat membebani permintaan memberi tekanan pada pasar," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho di New York.

Jumat (17/12), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2022 turun US$ 1,50 atau 2% setelah ditutup ke level US$ 73,52 per barel.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2022 juga melemah $1,52 atau 2,1% menjadi US$ 70,86 per barel.

Dengan data tersebut, Brent ambles 2,6% dan WTI koreksi 1,3% di pekan ini.

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi pada Perdagangan Jumat (17/12) Pagi

Katalis utama bagi harga minyak datang usai Denmark, Afrika Selatan, dan Inggris mencatatkan jumlah kasus Omicron baru yang meningkat dua kali lipat setiap dua hari.

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengatakan pada hari Jumat bahwa pemerintahnya akan mengusulkan pembatasan baru untuk membatasi penyebaran virus corona.

Di Amerika Serikat (AS), penyebaran cepat varian Omicron telah menyebabkan beberapa perusahaan menghentikan rencana untuk membuat pekerja kembali ke kantor.

"Pesan kehati-hatian dan peringatan gelombang Covid-19 yang memburuk mulai berdering lebih keras dengan mendekatnya musim liburan akhir tahun, yang akhirnya meredam sentimen pasar," kata Vandana Hari, Energy Analyst di Vanda Insights.

"Minyak mentah mungkin tetap dalam pola bertahan, meskipun dengan banyak volatilitas harga di sekitar rata-rata, dalam perdagangan yang menipis selama beberapa minggu ke depan," tambah Hari.

Di sisi lain OPEC+, telah mengatakan bahwa mereka dapat bertemu sebelum pertemuan 4 Januari yang dijadwalkan jika perubahan dalam prospek permintaan memerlukan tinjauan rencana untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari di Januari.

Baca Juga: Harga Emas Kembali Naik pada Jumat (17/12) Pagi Seiring Pelemahan Dolar AS

"Kami bisa melihat konsolidasi lebih lanjut di sekitar harga US$ 70 per barel di sesi mendatang karena kami mempelajari lebih lanjut tentang Omicron, pembatasan apa yang akan terjadi, dan apakah OPEC+ akan bereaksi," kata Craig Erlam, Senior Market Analyst di OANDA.

Jumlah rig minyak AS, indikator utama output, naik dalam seminggu, yang memicu kekhawatiran potensi kelebihan pasokan.

Perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan, jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, naik tiga menjadi 579 dalam seminggu hingga 17 Desember.

Tetapi terlepas dari ancaman Omicron terhadap permintaan, Goldman Sachs mengatakan pada hari Jumat bahwa varian baru memiliki dampak terbatas pada mobilitas atau permintaan minyak. Perusahaan tersebut menambahkan, bahwa konsumsi minyak diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada 2022 dan 2023.

Harga minyak telah mundur dari tertinggi multi-tahun di awal kuartal keempat karena peningkatan pasokan.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×