Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak mentah jenis Brent bertahan di atas level US$ 100 per barel setelah Arab Saudi mengungkapkan bahwa OPEC dapat mempertimbangkan untuk memangkas produksi. Hal tersebut berhasil menahan sentimen dari ekonomi bearish akibat keputusan sejumlah bank sentral dan pelemahan di pasar saham.
Rabu (24/8) pukul 20.30 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Oktober 2022 diperdagangkan naik 10 sen ke US$ 100,32 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2022 naik 16 sen ke US$ 93,90 per barel.
Sebenarnya, minyak mendapat tekanan karena dolar Amerika Serikat (AS) menguat dan pasar saham global jatuh ke level terendah dalam tiga minggu jelang simposium bank sentral, Jackson Hole pada hari Jumat.
Fokus dalam acara tersebut diperkirakan adalah upaya bank sentral untuk menjinakkan inflasi dengan mengerek suku bunga yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat melemahkan pertumbuhan dan mengurangi permintaan minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Tipis pada Perdagangan Rabu (24/8) Pagi
Namun, kedua kontrak acuan minyak mentah ini menyentuh level tertinggi dalam tiga minggu setelah Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman memberikan sinyal kemungkinan pemotongan produksi.
Sumber di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemudian mengatakan kepada Reuters bahwa setiap pemotongan oleh OPEC+, kemungkinan akan bertepatan dengan kembalinya minyak Iran ke pasar jika Teheran dan negara barat mengamankan kesepakatan nuklir.
Seorang pejabat AS pada hari Senin mengatakan bahwa Iran telah membatalkan beberapa tuntutan utamanya dalam negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan untuk mengendalikan program nuklir Teheran.
OPEC+ sudah memproduksi 2,9 juta barel per hari kurang dari targetnya, kata sumber, memperumit keputusan pemotongan atau bagaimana menghitung dasar untuk pengurangan produksi.
"Prospek harga minyak dan pasokan menunjukkan bahwa pemotongan OPEC+ saat ini tidak dijamin," kata analis PVM Stephen Brennock.
Baca Juga: Pertama Kalinya Jenderal Korea Selatan Pimpin Latihan Bersama Pasukan AS
"Pasokan minyak global bisa terpukul saat puncak musim badai di AS mendekat. Di tempat lain, pemadaman pasokan di masa depan di Libya tidak dapat diabaikan sementara kekayaan minyak Nigeria menunjukkan sedikit tanda membaik."
Stok minyak mentah AS turun sekitar 5,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 19 Agustus, kata sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute. Analis memperkirakan penurunan 900.000 barel dalam jajak pendapat Reuters.