Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2023 di tengah kekhawatiran investor tentang gangguan pasokan akibat konflik di Timur Tengah. Namun, penguatan harga dibatasi oleh lonjakan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS).
Rabu (3/4), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2024 ditutup naik 43 sen atau 0,5% menjadi US$ 89,35 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Mei 2024 ditutup naik 28 sen atau 0,3% ke US$ 85,43 per barel.
Kedua kontrak tersebut naik lebih dari dari satu dolar pada awal sesi karena meningkatnya kekhawatiran mengenai potensi defisit pasokan selama puncak musim mengemudi di musim panas.
Sementara itu, pertemuan para menteri utama OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, mempertahankan kebijakan pasokan minyak tidak berubah pada hari Rabu dan menekan beberapa negara untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengurangan produksi.
Baca Juga: Kinerja Emiten Minyak dan Gas Beragam pada 2023, Ini Saham yang Layak Koleksi
Kelompok tersebut mengatakan beberapa anggota akan mengkompensasi kelebihan pasokan pada kuartal pertama. Di mana, Rusia juga akan beralih ke produksi daripada membatasi ekspor.
“Jika pemotongan kompensasi tersebut diterapkan, dan Rusia mengalihkan pengurangan ekspor mereka ke pengurangan minyak mentah, produksi OPEC+ akan cenderung lebih rendah pada kuartal kedua – periode ketika permintaan meningkat secara musiman,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Sementara itu, Ketua The Federal Reserve Jerome Powell dalam pidato terbarunya, berhati-hati mengenai penurunan suku bunga di masa depan karena data terbaru menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja dan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.
Komentar tersebut positif bagi minyak karena mengindikasikan pertumbuhan ekonomi AS yang solid, kata Rob Haworth, Senior Investment Strategist untuk U.S. Bank's Asset Management Group.
Di Timur Tengah, Iran telah bersumpah akan membalas dendam terhadap Israel atas serangan pada hari Senin yang menewaskan personel militer tingkat tinggi Iran. Iran merupakan produsen terbesar ketiga di OPEC.
Brent dan WTI berjangka telah mencapai level tertinggi dalam lima bulan dalam tiga sesi berturut-turut, juga terangkat karena serangan Ukraina terhadap kilang Rusia mengurangi pasokan bahan bakar di sana.
Pelaku pasar minyak sedang memikirkan bagaimana menentukan harga dari perkembangan ini dan untuk jangka waktu berapa lama, kata Angie Gildea, pimpinan sektor nasional AS untuk energi, sumber daya alam, dan bahan kimia di KPMG.
Baca Juga: Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Menguat Usai Data Sektor Jasa Lemah
Bank of America Global Research menaikkan perkiraan Brent dan WTI 2024 masing-masing menjadi US$ 86 dan US$ 81 per barel, katanya dalam sebuah catatan.
Kenaikan harga minyak dibatasi setelah Energy Information Administration melaporkan, stok minyak mentah AS meningkat sebesar 3,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 29 Maret.
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan lebih dari 1,5 juta barel, sejalan dengan data yang dilaporkan oleh American Petroleum Institut pada hari Selasa.
"Laporan EIA menunjukkan arah yang berbeda mengenai minyak mentah dari apa yang dilaporkan API kemarin, sehingga telah membantu menghentikan sedikit kenaikan," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.