kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.702.000   23.000   1,37%
  • USD/IDR 16.450   -42,00   -0,26%
  • IDX 6.665   119,20   1,82%
  • KOMPAS100 951   16,29   1,74%
  • LQ45 748   15,90   2,17%
  • ISSI 208   3,64   1,78%
  • IDX30 390   8,22   2,16%
  • IDXHIDIV20 467   6,80   1,48%
  • IDX80 108   1,96   1,84%
  • IDXV30 111   0,63   0,57%
  • IDXQ30 128   2,31   1,84%

Harga Minyak Ditutup Menguat Tipis, WTI ke US$ 66,25 dan Brent US$ 69,56 Per Barel


Rabu, 12 Maret 2025 / 05:40 WIB
Harga Minyak Ditutup Menguat Tipis, WTI ke US$ 66,25 dan Brent US$ 69,56 Per Barel
ILUSTRASI. Selasa (12/3), harga Brent ditutup menguat 0,4%, menjadi US$ 69,56 per barel dan WTI naik 0,3% ke US$ 66,25 per barel


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup sedikit naik, dibantu oleh melemahnya dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi pengatan dibatasi oleh meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS dan dampak tarif pada pertumbuhan ekonomi global.

Selasa (11/3), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2025 ditutup naik 28 sen, atau 0,4%, menjadi US$ 69,56 per barel, setelah sempat jatuh ke level terendah US$ 68,63 per barel pada perdagangan awal. 

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2025 naik 22 sen atau 0,3% ke US$ 66,25 per barel setelah sebelumnya juga mengalami penurunan.

Indeks dolar mencapai titik terendah dalam empat bulan, sehingga minyak menjadi lebih murah bagi pembeli luar negeri.

Baca Juga: Harga Minyak Turun, Dipicu Kekhawatiran Melemahnya Permintaan Energi Global

Namun, harga saham AS, yang juga memengaruhi pasar minyak, kembali turun, menambah aksi jual terbesar dalam beberapa bulan. Kedua patokan minyak mentah turun 1,5% pada hari Senin, ketika S&P 500 membukukan penurunan harian terbesar sejak 18 Desember dan Nasdaq turun 4,0%, persentase penurunan satu hari terbesar sejak September 2022.

Harga minyak memangkas kenaikan setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa ia telah menginstruksikan menteri perdagangannya untuk menambahkan tarif tambahan sebesar 25% pada semua impor baja dan aluminium dari Kanada, sehingga total tarif pada produk tersebut menjadi 50%.

"Drama semacam itu menambah volatilitas di sini," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.

Kebijakan proteksionis Trump telah mengguncang pasar global. Ia telah memberlakukan, kemudian menunda tarif pada pemasok minyak utama Kanada dan Meksiko, sementara juga menaikkan bea masuk pada China, yang mendorong tindakan pembalasan.

Selama akhir pekan, Trump mengatakan "periode transisi" mungkin terjadi dan menolak untuk mengesampingkan resesi AS.

Dalam hal pasokan, produksi minyak mentah AS siap untuk mencetak rekor yang lebih besar tahun ini daripada perkiraan sebelumnya, dengan rata-rata 13,61 juta barel per hari, Badan Informasi Energi AS mengatakan pada hari Selasa.

Investor sedang menunggu data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu untuk mendapatkan petunjuk tentang arah suku bunga. Mereka juga memantau dengan saksama rencana OPEC+. Kelompok produsen tersebut telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi pada bulan April.

Pengurangan tarif AS akan meredakan kekhawatiran akan inflasi dan kontraksi ekonomi, kata analis PVM Tamas Varga, tetapi penurunan harga minyak baru-baru ini berarti "sulit untuk melihat OPEC+ melanjutkan rencananya dan melepaskan minyak kembali ke pasar mulai bulan April."

Pada hari Jumat, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan kepada wartawan bahwa OPEC+ akan melanjutkan peningkatannya pada bulan April tetapi kemudian dapat mempertimbangkan langkah-langkah lain, termasuk mengurangi produksi.

Baca Juga: Harga Minyak Menurun, Impor Indonesia Diprediksi Tetap Stabil

Brent menemukan dukungan teknis yang kuat pada kisaran US$ 70 per barel dan mungkin berupaya untuk bangkit kembali, kata Suvro Sarkar, pimpinan tim sektor energi di DBS Bank, seraya menambahkan respons pasokan OPEC+ akan fleksibel, bergantung pada kondisi pasar.

"Jika harga minyak jatuh di bawah angka US$ 70 per barel untuk jangka waktu yang lama, menurut pendapat kami kenaikan produksi mungkin akan dihentikan sementara. OPEC+ juga akan mencermati kebijakan Trump terkait Iran dan Venezuela," katanya.

Di AS, stok minyak mentah naik sebesar 4,2 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 7 Maret, kata sumber pasar, mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Laporan tersebut muncul menjelang data pemerintah AS tentang stok minyak mentah yang akan dirilis pada hari Rabu.

Selanjutnya: Kalender Ekonomi Hari Ini, Cek Rilis Data yang Bisa Mempengaruhi Forex

Menarik Dibaca: Promo Superindo 12 Maret 2025, Sirup Marjan Cocopandan-Melon Beli 4 Lebih Murah!


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×