/2025/11/14/989033824.jpg "Harga Minyak Dunia Turun Kamis (27/11) Pagi: Brent ke US$62,92 & WTI ke US$58,44")
Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak melemah pada Kamis (27/11/2025) pagi seiring meningkatnya ekspektasi gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia, yang berpotensi membuka jalan bagi pelonggaran sanksi Barat terhadap pasokan energi Rusia.
Aktivitas perdagangan diperkirakan tetap tipis karena libur Thanksgiving di Amerika Serikat.
Melansir Reuters, kontrak minyak Brent turun 21 sen atau 0,3% menjadi US$62,92 per barel pada pukul 01.08 GMT, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 21 sen atau 0,4% ke US$58,44 per barel.
Baca Juga: Mata Uang Asia Menguat Kamis (27/11) Pagi, Ringgit dan Won Memimpin Kenaikan
Kedua kontrak minyak tersebut ditutup naik sekitar 1% pada Rabu ketika investor menilai risiko kelebihan pasokan serta peluang tercapainya kesepakatan damai Rusia-Ukraina.
Utusan AS Steve Witkoff dijadwalkan melakukan perjalanan ke Moskow pekan depan bersama pejabat senior AS lainnya untuk membahas kemungkinan rencana mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang hampir memasuki tahun keempat, konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
Namun, Rusia tidak akan memberikan konsesi besar dalam pembicaraan tersebut, kata seorang diplomat senior Rusia pada Rabu, setelah rekaman percakapan yang bocor menunjukkan Witkoff pernah memberi saran kepada Moskow mengenai cara mendekati Presiden AS Donald Trump.
“Gencatan senjata akan mengurangi persepsi risiko pasokan terkait sanksi AS terhadap produsen Rusia seperti Rosneft dan Lukoil,” kata analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, dalam catatan risetnya.
Baca Juga: Dolar Loyo Kamis (27/11) Pagi Jelang Thanksgiving, Kiwi dan Aussie Ikut Menguat
Ia menambahkan bahwa sanksi yang berlaku sejak 21 November telah berdampak pada ekspor minyak mentah dan produk kilang Rusia.
Menurut Dhar, jika tercapai kesepakatan damai, harga Brent berpotensi turun cepat ke US$60 per barel, terutama karena aktivitas kilang Rusia dapat kembali normal seiring berhentinya serangan drone Ukraina.
Pasar juga dibebani oleh kenaikan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.
Data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan persediaan minyak AS naik 2,8 juta barel menjadi 426,9 juta barel pekan lalu, seiring lonjakan impor ke level tertinggi 11 minggu. Padahal analis hanya memperkirakan kenaikan 55.000 barel.
Baker Hughes melaporkan bahwa perusahaan energi AS mengurangi jumlah rig minyak sebanyak 12 rig menjadi 407 rig, terendah sejak September 2021 menandakan pasokan pasar masih cukup longgar.
Baca Juga: Keuntungan Industri China Anjlok 5,5% pada Oktober, Tuntutan Stimulus Menguat
Sementara itu, tiga sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok produsen tersebut kemungkinan akan menahan kuota produksi pada pertemuan Minggu mendatang.
Sejumlah anggota OPEC+ bahkan telah meningkatkan produksi sejak April guna merebut pangsa pasar.
Dari sisi permintaan, ekspektasi meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember memberi sedikit dukungan pada harga minyak.
Suku bunga lebih rendah biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi dan konsumsi energi.
