Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak melonjak hampir 3%, didukung oleh rekor ekspor minyak mentah Amerika Serikat (AS). Sokongan bagi harga minyak juga datang dari pelemahan dolar AS.
Rabu (26/10), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2022 ditutup naik US$ 2,17, atau 2,3% ke US$ 95,69 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2022 ditutup menguat US$ 2,59 atau 3% ke US$ 87,91 per barel.
Sentimen bagi minyak datang setelah indeks dolar AS yang turun 1,2%, membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Sebelumnya, the greenback lebih kuat dari mata uang asing utama lainnya karena Federal Reserve lebih agresif menaikkan suku bunga.
"Secara keseluruhan ini adalah langkah dalam mata uang dolar AS, dan jika Anda mencoba membaca di luar itu, itu bodoh," kata Eli Tesfaye, Senior Market Strategist RJO Futures.
Turut mendukung harga, berdasarkan data pemerintah AS, stok minyak mentah AS naik 2,6 juta barel di pekan lalu, lebih dari yang diantisipasi, tetapi itu lebih rendah dari angka industri, yang menunjukkan peningkatan 4,5 juta barel.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Menguat di Tengah Pelemahan Dolar AS dan Kekhawatiran Pasokan
Dari data yang sama terlihat, ekspor minyak mentah naik menjadi 5,1 juta barel per hari, terbesar yang pernah ada. Ini membuat impor minyak mentah AS ke level terendah dalam sejarah.
"Secara keseluruhan, berkat pasar ekspor, ini berubah menjadi laporan bullish meskipun ada peningkatan persediaan minyak mentah komersial berukuran sedang," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.
Pedagang mengaitkan lonjakan ekspor dengan melebarnya spread antara WTI-Brent. Pada perdagangan kemarin, spread antara kedua harga minyak acuan tersebut mencapai lebih dari US$ 8 per barel.
Tingkat penyulingan AS tetap stabil di hampir 89% dari kapasitas, tertinggi untuk sepanjang tahun ini sejak 2018.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak mengejutkan pasar dengan pemotongan yang lebih besar dari perkiraan untuk target produksinya awal bulan ini.
Analis minyak mengantisipasi pasokan akan mengetat dalam beberapa bulan mendatang setelah langkah itu, dan karena Eropa diperkirakan bulan depan akan melarang impor minyak dari Rusia dan membatasi pengirim Rusia dari industri asuransi pengiriman global.
Baca Juga: Harga Minyak Rebound Selasa (25/10) Pagi, Didukung Kekhawatiran Pengetatan Pasokan
Larangan itu dapat memperketat pasar pengiriman dunia, yang juga dapat meningkatkan harga minyak. Banyak analis percaya Rusia akan dapat menghindari langkah-langkah tersebut, tetapi itu masih dapat menyebabkan Moskow menutup antara 1 juta dan 2 juta barel produksi harian; itu juga bisa memukul pasar sulingan.
"Hingga 2024 kami percaya harga minyak akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kapal tanker yang bersedia mengangkut minyak Rusia daripada fundamental pasokan-permintaan global, menjaga harga minyak tetap tinggi," tulis analis JP Morgan.